MENGAPA PERBANKAN TAK MENARIK BAGI SAKAI?

Tak Paham dan Kurang Modal

Feature | Sabtu, 26 Juni 2021 - 17:08 WIB

Tak Paham dan Kurang Modal
Ketua Kelompok Pertanian Terpadu Sakai Mus Mulyadi saat memetik papaya di antara kebun cabai yang sudah dipanen. Foto diambil baru-baru ini. (HENNY ELYATI/RIAUPOS.CO)

Pertama kali membentuk kelompok tani, Mus membuat dua kolam ikan ukran besar. Pembuatan kolam ikan ini dilakukannya secara manual bersama dua saudaranya. Sambil membuat kolam ikan, Mus tetap memberikan edukasi kepada warganya agar mau bertani, namun warga tidak tertarik karena belum melihat hasilnya.

"Kolam selesai, saya pun berfikir bagaimana membeli bibit ikan dan pakannya. Saya ajukan proposal kepada PT Chevron dan mereka melihat keinginan kita sangat kuat untuk meningkatkan perekonomian warga Sakai, maka PT CPI memberikan benih ikan dan pakan,’’ sebutnya.


Karena kurang pengalaman dalam memeliharan ikan kolam, benih yang diberikan banyak yang mati. Namun Mus dan saudaranya tetap berusaha dan saat panen, hasilnya cukup menggembirakan. Tidak hanya beternak ikan, Mus dan saudaranya mulai menanam cabai. Untuk pertanian ini, lagi-lagi Mus mendapat pelatihan dari Chevron hingga ke pulau Jawa.

"Setelah mulai nampak hasil, baru beberapa warga Sakai lain mau ikut bergabung. Tahun berikutnya jumlah Kelompok Pertanian Terpadu Sakai Pematang Pudu menjadi 20 KK. Dan usaha terus kita kembangkan, sampai warga Sakai bisa menghidupi keluarga, membuat anak-anaknya sekolah dengan mengandalkan hasil pertanian. Kami tidak lagi hidup berpindah,’’ katanya.

Usaha yang dirintis Mus Mulyadi ini berbuah manis. Mereka yang mengikuti program ini kini sudah memiliki penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-hari. "Jika memiliki keinginan yang kuat untuk berubah, kita pasti berhasil,’’ ucap Mus. Hal yang begini kita harus ditularkan kepada anggota masyarakat Sakai lainnya. Sekarang Sakai bertani profesional.

Karena kesibukan sebagai anggota DPRD Bengkalis, Mus tidak lagi bisa memantau langsung kelompok tani ini dan anggota kelompok tani diharapkan bisa mandiri. Akibatnya kebun pertanian tersebut terbengkalai.  "Saat itu tak ada lagi bantuan modal dari Chevron,’’ getirnya.

Kurangnya modal membuat usaha pertanian ini sempat mati suri. Tak paham bagaimana bermitra dengan bank. "Lagi pula warga kita takut minjam ke bank karena kurang modal, takut tak bisa mengembalikan,’’ tawanya.

Namun beberapa bulan terakhir, pertanian terpadu ini kembali bergeliat dengan bantuan pihak swasta lainnya dan juga pemerintah.

Fokus Penyaluran KUR dan KMK

Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, DNA BRI itu sejatinya mikro, tercapainya porsi kredit UMKM sebesar 80,6 persen dari total portofolio BRI dan dengan porsi kredit mikro sekitar 40 persen. "Sesungguhnya merupakan hasil dari upaya kami untuk melakukan re-focusing kepada segmen UMKM,’’ ujar Sunarso melalui rilisnya.

Untuk menggenjot portofolio tersebut, BRI fokus dengan penyaluran kredit melalui seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan juga Kredit Modal Kerja (KMK) yang dijamin oleh lembaga penjaminan kredit.

Mengingat bisnis mikro adalah perbankan yang berbasis komunitas, maka BRI menyadari bahwa layanan keuangan yang dihadirkan harus mampu menjangkau masyarakat hingga ke lapisan bawah dan didukung dengan wilayah kerjanya yang tersebar di pelosok daerah. Saat ini BRI memiliki lebih dari 27 ribu tenaga pemasar mikro atau disebut Mantri BRI, yang memperkuat penetrasi BRI di segmen mikro.

Dalam mengembangkan UMKM, khususnya di segmen mikro, BRI memiliki dua strategi utama yakni menumbuh-kembangkan nasabah/debitur eksisting dan menemukan sumber-sumber pertumbuhan baru. Dalam mendorong nasabah eksiting berkembang, ribuan kegiatan pemberdayaan telah dilakukan BRI yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan nasabahnya. Mulai dari pemberdayaan terkait literasi digital hingga membantu nasabah menemukan bisnis model baru, termasuk meng-online-kan transaksi di pasar tradisional. Lebih dari 4.500 pasar tradisional di Indonesia telah menggunakan platform web pasar BRI atau pasar.id.

Sementara itu, BRI menyasar area pertumbuhan baru dengan menyentuh segmen yang lebih kecil lagi yakni ultra mikro. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, terdapat 57 juta usaha UMKM di Indonesia, dimana 30 juta di antaranya belum mendapat akses pendanaan formal.

Sepanjang kuartal I tahun 2021, BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp914,19 triliun dengan porsi kredit UMKM mencapai 80,6 persen dari total portofolio kredit BRI. Artinya, porsi kredit UMKM BRI mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 78,31 persen.

Kredit segmen mikro menjadi penopang pertumbuhan kredit BRI di tengah kondisi ekonomi yang menantang akibat pandemi Covid-19. Hingga Maret 2021, BRI mampu menyalurkan kredit mikro sebesar Rp360 triliun, tumbuh sebesar 12,43 persen yoy. Dengan angka tersebut artinya secara porsi, kredit mikro menyumbang 40 persen dari total kredit BRI.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook