MENGAPA PERBANKAN TAK MENARIK BAGI MASYARAKAT TERASING SAKAI

Biaya Administrasi Menjadi Beban

Feature | Jumat, 25 Juni 2021 - 15:31 WIB

Biaya Administrasi Menjadi Beban
Rolin memanen buah kopi coklat dari belakang rumahnya. Buah coklat ini menambah pendapatan ekonomi keluarga Rolin. Foto diambil Ahad (30/5/2021). (HENNY ELYATI/RIAUPOS.CO)

Di CS, Rolin dijelaskan bahwa tidak ada transaksi uang keluar (tidak ada penarikan uang). "Aku lagi-lagi protes kalau tak ada uang diambil kenapa berkurang," imbuh warga Sakai ini.

Saat itu CS memberikan Rolin rekening koran Britamanya sehingga dia tahu pergerakan transaksi tabungannya. Namun setelah dilihat-lihat, Rolin baru menyadari uangnya berkurang untuk biaya administrasi tabungan dan biaya ATM. Biaya administrasi sebesar Rp12.000 dan biaya ATM sebesar Rp3.000. Total uang yang dipotong sebesar Rp15.000 setiap bulannya sementara bunga yang diperolehnya tidak sampai Rp2.000 belum dipotong pajak bunga.

Bagi Rolin, uang Rp15.000 sangat berguna karena sebagai single parents yang bekerja serabutan, warga Tegar, Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau ini harus membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Karena itu Rolin kapok menabung di bank. "Mana jaraknya sangat jauh. Kemana-mana saya jalan kaki. Tak ada transportasi umum dari sini jaraknya sekitar 37 kilometer," terangnya.

Lulusan STM bangunan ini terkadang mengambil pekerjaan tukang. Jarang ada yang mau menggunakan jasa tukang wanita. "Paling tetangga yang mau menggunakan jasa aku tapi itupun sekali-kali aja," tawanya yang memperlihatkan setengah gigi atas dan bawah bagian depan yang ompong.

Saat berbincang dengannya, Rolin kedatangan tetangganya yang berjarak 400 meter. " Dia tinggal di sebelah. Kami sama-sama menutup rekening saat itu," ujar Rolin memperkenalkan Distah.

Distah tersenyum saat diperkenalkan. Bibir, gigi dan lidahnya memerah. Dia membuang sisa sirih di mulutnya. "Saya tutup rekening atas nama anak," katanya sambil minum air yang disuguhkan Rolin. Dia pun kumur-kumur. Rencananya buat tabungan untuk pendidikannya nanti. Ternyata walaupun masih usia sekolah, tabungan anak juga dikenakan biaya administrasi. Padahal anakkan belum bekerja, mereka menabung dari uang jajan yang disisihkan Rp1.000 per hari. "Anak-anak sampai rela tak jajan biar bisa nabung," kata ibu tiga anak ini.

"Anak saya nabungnya paling Rp20 ribu-30 ribu sebulan sementara biaya administrasi bank Rp5 ribu dan biaya ATM sebesar Rp5 ribu per bulan. Lama-lama habislah tabungannya," tawanya getir.

Distah belum lama mengajak anaknya menabung di bank. "Anak saya yang paling kecil kelas VIII. Tabungan menggunakan namanya walaupun yang nabung ketiga anak saya," tuturnya.

Tubuhnya yang kurus terlihat semakin kecil saat batuk. "Makanya suka nyirih biar tak batuk," jelas Distah.

Dari tiga anaknya, hanya satu yang masih sekolah. "Yang dua lagi dah putus sekolah. Tak sanggup bayar jika di swasta, masuk SMA negeri nilainya kurang. Jadi ya nganggur setahun. Yang satu lagi tak mau sekolah," paparnya.

Diakui Distah, anak-anak Sakai di sekitar tempat tinggal mereka masih banyak yang putus sekolah. "Mau sekolah jauh. Dah bisa baca tulis jadilah," katanya. "Dia dulu yang mengajak saya dan anak menabung karena Rolin sudah lama jadi nasabah bank. Taunya bukannya untung, malah rugi menabung," tutupnya sambil membawa cangkul yang hendak dipinjamnya.

Di tempat terpisah, Pimpinan BRI Cabang Duri Ardeanto Prayoso menjelaskan biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai biaya pengelolaan rekening. Biaya ini dalam rangka keamanan nasabah dan kemudahan nasabah dalam bertransaksi.

"Nasabah bisa memilih tabungan sesuai dengan kemampuan ekonominya. Ada Simpedes yang lebih menjangkau masyarakat ekonomi menengah ke bawah," jelasnya.

Tabungan BRI jenis Britama misalnya, lanjutnya, memiliki berbagai jenis fitur layanan yang dibedakan melalui tipe kode produk atau code product type dengan biaya administrasi tabungan yang berbeda.

Semakin sederhana fitur layanan semakin kecil atau murah biaya administrasinya. Begitu juga sebaliknya, semakin canggih layanannya, maka semakin besar biaya administrasinya. "Di samping itu, rata-rata saldo juga menjadi pertimbangan perhitungan (biaya administrasi)," katanya.

Menurut Ardeanto, layanan berbasis teknologi seperti Internet Banking, mobile banking dan juga channel-channel elektronik seperti CRM, ATM, agen Brilink, merupakan upaya BRI memberikan layanan yang semakin murah dan efisien kepada nasabah. "Agar nasabah maupun masyarakat tidak lagi harus mengorbankan waktu yang produktif, biaya perjalanan yang tidak perlu untuk pergi ke kantor cabang BRI," tuturnya.

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menjadi nasabah BRI, di antaranya adalah transaksi gratis di jaringan milik BRI. Selain bertransaksi melalui kantor cabang, masyarakat memiliki alternatif lain untuk mendapatkan layanan keuangan BRI di antaranya melalui 16.558 mesin ATM, 5.707 mesin CRM, dan 454 ribu Agen BRILink yang tersebar di seluruh Indonesia. Agen BRILink memberikan layanan transaksi perbankan seperti transfer, setor dan tarik tunai, pembayaran tagihan listrik, air, iuran BPJS, telepon, pembelian pulsa, pembayaran cicilan, top-up BRIZZI, setoran pinjaman, memberikan layanan referral pembukaan rekening tabungan BSA dan pinjaman, dan transaksi lainnya.

Melalui kemudahan akses layanan perbankan, BRILink dapat menjangkau masyarakat lebih dekat dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan Covid-19. Saat ini, Agen BRILink telah melayani masyarakat di 54,6 ribu desa, atau lebih dari 70 persen jumlah desa di seluruh Indonesia. BRI tetap berkomitmen menjaga service level yang baik untuk layanan pelanggan melalui Contact BRI. ***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook