Tiang-tiang besar terpancang kokoh dengan ketinggian 30 meter di tengah hutan dan membelah perbukitan sekitar Kecamatan XIII Koto Kampar, Kampar, Riau. Tepatnya di Desa Tanjung Alai. Tiang tersebut tersusun lurus sebagai bentangan yang disebut konstruksi jembatan unibridge. Ada tiga jembatan dengan konstruksi ini, ditambah lima jembatan biasa yang membentang di sepanjang 25 kilometer (km) ruas Jalan Tol Bangkinang-Pangkalan Tahap I.
Laporan EKA GUSMADI PUTRA, Pekanbaru
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kelok 9 yang kerap dilalui masyarakat dari dua provinsi yakni Riau dan Sumatera Barat selalu menjadi pesona tersendiri. Kemolekan infrastruktur yang meliuk-liuk, dipadukan dengan hijau pohon-pohon besar dan gemericik aliran sungai di sepanjang ruas jalan layang ini membuat Kelok Sembilan jadi daya tarik wisatawan.
Jarak Kelok 9 dari Pekanbaru sekitar 170 km dan memerlukan waktu perjalanan sekitar 4 jam. Jalan ke sini memiliki tikungan yang tajam dan lebar sekitar 5 meter, berbatasan dengan jurang, dan diapit oleh dua perbukitan di antara dua cagar alam yakni Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau.
Jalan ini membentang sepanjang 300 meter di Jorong Ulu Air, Nagari Harau/Kenagarian Persiapan Ulu Air, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat dan merupakan bagian dari ruas jalan penghubung Lintas Tengah Sumatera dan Pantai Timur Sumatera.
Di sekitar Jalan Kelok 9 saat ini telah dibangun jembatan layang sepanjang 2,5 km pada 2013 silam. Jembatan ini membentang dan meliuk-liuk menyusuri dua dinding bukit terjal dengan tinggi tiang-tiang beton bervariasi mencapai 58 meter. Terhitung, jembatan ini enam kali menyeberangi bolak balik bukit.
Setelah melewati pendakian dan jalan menurun berkelok sepanjang 17 kilometer, kemudian masyarakat pengguna jalan baru sampai ke Pangkalan Koto Baru, Limapuluh Kota, kalau dari Payakumbuh tujuan ke Pekanbaru. Setelah kurang satu jam perjalanan lagi, daerah di Kabupaten Limapuluh Kota ini baru akan menemukan wilayah Kecamatan XIII Koto Kampar, Provinsi Riau. Dikenal awam sebagai perbatasan.
Ya, perbatasan Riau dengan Sumbar. Dua provinsi tetangga di tengah dan barat Pulau Sumatera. Di sini sudah mengalir Sungai Kampar dari hulu di punggung Bukit Barisan ke arah timur membelah wilayah Kabupaten Kampar.
"Sekarang kalau dari Pekanbaru sampai Kelok 9 bisa sampai 5 jam perjalanannya. Karena beberapa titik dari Pekanbaru ke Bangkinang hingga Kuok harus ditempuh sampai 3 jam lebih," kata seorang sopir travel antar kota antar provinsi, Joni.
Disinggung perihal pengetahuannya tentang jalan Tol Pekanbaru-Padang, Joni yang ditemui Riau Pos di salah satu warung kopi di sekitar Sukajadi, Pekanbaru, Kamis (22/9) mengaku pernah mendengar. Namun, yang ia ketahui hanya dari Pekanbaru sampai Bangkinang. "Pernah coba waktu dibuka Hari Raya lalu, cepat kali memang Bang," sambungnya.
Namun, ia pesimistis jalan Tol Pekanbaru-Padang akan dapat selesai. Pasalnya, selain belum melihat bentuk fisiknya, ia juga mengetahui ruas Padang-Sicincin sudah bertahun-tahun tak tuntas. "Setelah coba Pekanbaru-Bangkinang yang kurang setengah jam, tentunya Pekanbaru-Padang juga dapat lebih cepat. Apalagi kami sopir travel ini kan. Bisa dua trip itu kalau jadi. Kalau jadi," ceritanya.
Pantauan Riau Pos, pertengahan September 2022, ruas jalan nasional yang menghubungkan dua provinsi memang sudah ramai kendaraan. Sehingga ketika ada pekerjaan pada beberapa ruas jalan, seperti pekerjaan rigid pavement, mengakibatkan buka tutup yang terjadi memperlambat perjalanan darat.
Akses jalan nasional Riau-Sumbar, memang memiliki arti penting sebagai jalur distribusi orang dan barang, termasuk bahan pokok yang saling bergantung antarkedua daerah. Sehingga perencanaan pekerjaan pembangunan jalan Tol Pekanbaru-Padang sepanjang 254 km, yang merupakan sirip jalur Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) memiliki arti penting dan sangat dinanti.
Progresnya, dari enam seksi ruas jalan Tol Pekanbaru-Padang, hanya 3 seksi yang masuk dalam skala prioritas pekerjaan dan terus dikebut hingga penghujung 2023 mendatang sebagai pekerjaan tahap I. Yakni Padang-Sicincin, Pangkalan-Bangkinang, dan Bangkinang-Pekanbaru.
Untuk ruas Pekanbaru-Bangkinang sepanjang 31 km sudah tuntas, dan tinggal menunggu peresmian untuk kemudian beroperasi. Sedangkan untuk ruas Bangkinang-Pangkalan atau sebaliknya, pada tahap I, dari panjang awal hampir 56 km, menjadi 25 km saja. Atau tidak sampai ke Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar, tapi hanya sampai Desa Tanjung Alai, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, yang tentunya masih berada di Provinsi Riau.
Pantauan Riau Pos, di Desa Tanjung Alai ini, setelah menempuh perjalanan dari Pekanbaru terlihat pada sisi kanan terdapat pekerjaan konstruksi jembatan. Pada sisi kirinya, bukit di pinggir jalan sudah dikeruk sebagai sambungan jembatan nantinya dari sisi kanan tersebut. Jika melihat pekerjaannya, jalan tol akan berada di atas jalan nasional nantinya.
Posisi lokasi ini disebut Exit Tol Bangkinang, Sta 64.700. Berada sebelum jembatan pertama PLTA Koto Panjang. Rangka-rangka baja dan beton terlihat sudah berdiri kokoh. Berderet sejajar menerabas perbukitan dengan tiang-tiang yang sudah sepinggang bukit dari kedalaman jurang.
Ujung Tol Bangkinang-Pangkalan tahap I ini terdapat Jembatan Alai I, penyambungnya tentu Jembatan Alai II nantinya. Sebelumnya ada dua jembatan diberi nama Jembatan Pulau Gadang I dan Jembatan Pulau Gadang II. Pada Jembatan Alai I ini, terlihat bentangan di atas rangka besar setinggi 30 meter sudah dipasang. Sementara pada Jembatan Gadang Pulau I dan Pulau Gadang II, belum ada bentangan jembatan, baru tiang-tiang besar saja.
Konstruksi jembatan inilah yang disebut unibridge. Dikerjakan Wijaya Karya, selaku BUMN yang menjadi subkontraktor seksi V Bangkinang-Pangkalan ruas Tol Pekanbaru-Padang. "Untuk konstruksi unibridge ada tiga jembatan. Gadang I, Gadang II, dan Alai I. Detailnya baja dan beton, dengan bentangan yang lebih panjang, hal ini karena keperluan pekerjaan di jurang sehingga lebih memudahkan," kata Manajer Konstruksi Tol Bangkinang-Pangkalan PT Wika M Rizal saat berbincang dengan Riau Pos di atas Jembatan Alai I, Selasa (20/9).
Jalan Tol Bangkinang-Pangkalan tahap I sepanjang 25 km, terdapat delapan jembatan. Tiga yang disebutkan di atas dengan konstruksi unibridge karena medan pekerjaan yang sulit. Sisanya, pekerjaan jembatan dikerjakan dengan konstruksi biasa sebagai bagian main road ruas tol ini.
Kenapa pekerjaan tidak sampai menembus perbatasan Riau-Sumbar? Project Director Tol Bangkinang-Pangkalan PT Hutama Karya Bambang Hendarto saat meninjau Sta 64.700, mengatakan, pihaknya mengerjakan sesuai lahan yang sudah tuntas. Sehingga konstruksi yang terkendala, lebih kepada pembebasan lahan yang masih terus berjalan.
Meskipun medan rumit, namun konstruksi menurut Bambang tetap bisa dikerjakan sesuai kajian dan disain pekerjaan. "Problem utama kenapa progres belum optimal (Bangkinang-Pangkalan, red) baru sekitar 60 persen. Jadi kalau di Pekanbaru-Bangkinang ada tiga km yang masih masuk kawasan hutan. Nah, kalau di Bangkinang-Pangkalan ini kawasan hutan 10 km," katanya. Kenapa kawasan hutan menjadi masalah dalam proyek pekerjaan pembangunan jalan tol? Dijelaskan Bambang, untuk dibangun sesuatu di kawasan hutan maka statusnya harus dialihkan dulu menjadi area penggunaan lain.
"Setelah itu baru dilakukan pembebasan. Di sini muncul apakah milik pemerintah atau masyarakat yang menguasai. Ini yang masih belum klir, sehingga belum bisa dilakukan pembebasan tanah karena juga ada tumpang tindih di masyarakat," beber Bambang Hendarto.
Progres pembebasan lahan Tol Bangkinang-Pangkalan ini menurutnya hampir 60 persen, sisanya dikatakan pihak Hutama Karya sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang ditunjuk pemerintah untuk menyambung JTTS. Kata Bambang, karena kawasan hutan masih disiapkan alih status menjadi APL dan SK menteri terkait juga belum keluar. Namun dalam perjalanannya, yang muncul tata batas baru untuk kawasan hutan, baru kemudian dilanjutkan ulang dengan SK menteri terkait dimaksud.
"Soal ini sudah proses dan berkas sudah di kementerian. Masalah teknis tidak ada, tanah jelek misalnya, atau tanah lunak, berbukit-bukit sampai saat ini tidak ada permasalahan karena dapat diatasi. Jadi lahan kita menunggu di level kementerian terkait tentunya," ulas Bambang.
Adapun nilai konstruksi untuk ruas Bangkinang-Pangkalan tahap I ini adalah sebesar Rp3,4 triliun. Di mana terdapat tiga jembatan tinggi yang panjangnya 1 km lebih, dengan ketinggian pilarnya 30 meter. Dalam perencanaan awalnya, memang semakin mendekati Bukit Barisan, akan ada jembatan, juga terowongan yang menembus nantinya.
Sementara untuk nilai konstruksi jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang, informasi yang dirangkum Riau Pos dari Hutama Karya diketahui nilainya hampir Rp3,6 triliun. Artinya dua seksi jalan Tol Pekanbaru-Padang ini menelan biaya sampai Rp7 triliun, meskipun belum menembus perbatasan Riau dengan Provinsi Sumatera Barat.
Dengan pekerjaan yang masih panjang, maka Bangkinang-Pangkalan, diakui Bambang hingga 2024 memang belum tembus sampai ke Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar. "Karena selain penetapan lokasi baru sampai tahap I, dengan keseluruhan dana, teknis, dan desain penlok tahap II. Jika untuk sampai Sta 64.700 ini maka target kita bisa selesai Desember 2023," jelasnya.
Sebagai pengembangan wilayah dan kepentingan masyarakat, diakuinya ruas Bangkinang-Pangkalan memang sangat dinanti. Namun sebagai pelaksana pekerjaan, pihaknya tetap berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan fisik sesuai target.
"Karena untuk JTTS ini, yang merasakan hasil dan manfaatnya bukan investor, tapi masyarakat. Seperti Pekanbaru-Padang ini, kita tahu merupakan jalur mudik, jalur barang dan orang. Jadi ini jalur sibuk di luar Jawa yang tidak terhubung dengan Jawa," katanya.***