Tak Ingin Mati karena Pandemi

Feature | Rabu, 17 Maret 2021 - 10:49 WIB

Tak Ingin Mati karena Pandemi

Pandemi Covid-19 berdampak pada semua sektor. Semuanya layu tak berdaya, bak tanaman yang disiram dengan racun. Namun, bagi sebagian orang, menyerahkan dan menunggu kondisi aman bukanlah kata yang padan baginya. Bergerak, mencari celah, mencari peluang dan kesempatan dalam kondisi yang serba tak menentu dan hasilnya, mereka pun bisa meraup keberhasilan. Bisnis tak mati karena pandemi, asal celah itu bisa dilalui.

Laporan GEMA SETARA, Pekanbaru


SALAH satu sektor yang menerima dampak yang cukup parah dari pandemi Covid-19 ini adalah tur dan travel. Bagaimana tidak berdampak. Negara-negara yang menjadi destinasi wisata menutup diri dan tidak mengizinkan orang-orang dari berbagai ceruk dunia datang ke negara mereka.

Ini memang bisa dimaklumi. Wabah virus corona menjadi momok yang menakutkan bagi seluruh negara. Mereka mengambil langkah preventif untuk melindungi warga negaranya. Khawatir setiap pendatang yang datang ke negaranya membawa virus corona, makanya sejumlah negara tidak menerima kunjungan siapapun termasuk wisatawan ke negara mereka.

Imbasnya tentu sangat berdampak bagi penyelenggara tur dan travel. Salah satu negara yang biasanya menjadi destinasi wisatawan Indonesia termasuk dari Riau adalah Thailand. Selain terkenal dengan kemolekan alam semulajadinya, Negara Gajah Putih itu juga menawarkan beragam paket wisata pertanian dan sebagainya.

Dengan mengandalkan wisata kurma tropisnya, Thailand berhasil menarik ribuan pengunjung datang ke negaranya, baik untuk belajar bagaimana kurma bisa berbuah di negara tropis maupun hanya sekadar untuk berjalan-jalan dan melihat apa betul, kurma bisa berbuah di negara tropis seperti di Indonesia.

Salah seorang Direktur PT Sinar Karya Usaha (SKU) Alwi Rahmatullah kepada Riau Pos mengungkapkan, tur dan perjalanan wisata ke Thailand memang sangat diminati masyarakat Indonesia, begitu juga dari Riau. Pihaknya memang khusus menawarkan paket tur ke destinasi wisata yang berbasis pertanian, seperti melihat perkebunan kurma dan sebagainya. Kurma tropis yang ditanam para petani di Thailand cukup menarik wisatawan Indonesia. Karena selama ini dalam minda masyarakat Indonesia, kurma itu hanya bisa berbuah di negara Timur Tengah saja. "Namun pada kenyataannya dengan sentuhan teknologi pertanian dia bisa berbuah di negara tropis termasuk di Indonesia," tuturnya.

Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, bisnis ini terjun bebas. Ini bukan karena tidak ada peminat untuk tur dan wisata ke sana, namun lebih pada kebijakan negara Thailand yang menutup pintu masuk negaranya.

"Sejak pandemi hingga sekarang bisnis tur ke Thailand  belum bisa jalan, dikarenakan Thailand dari awal pandemi sudah menutup pintu-pintu masuk di negaranya untuk semua turis mancanegara," ujarnya.

Awal tahun 2021 ini, Thailand sudah open lagi, namun syarat untuk masuk ke sana sangat ketat seperti turis wajib PCR  dan karantina selama 14 hari setelah tiba di Thailand. Tentu syarat ini sangat memberatkan untuk bisa buka tur. Membuat tidak nyaman pada turis.

Ditambahkan Alwi, karena belum bisa melakukan tur ke Thailand, pihaknya lebih memperbanyak edukasi tentang informasi dunia teknologi pertanian maju di Thailand dan negara lainnya via media sosial (IG : Paket_Tour_Kurma_Thailand) dan (FB: Tour Kurma Tropis Thailand).

"Sekarang kami juga meriset potensi bisnis tur pertanian sukses dalam negeri," ujarnya.

Pandemi Covid-19 yang tak diketahui ujungnya ini, membuat dia bersama rekan-rekannya mencari celah dan cara agar bisnisnya tetap jalan. Mereka pun melihat celah dan peluang itu dari dalam negeri.  "Sekarang kami berusaha membuat destinasi kunjungan pertanian baru yang ada di dalam negeri," ujarnya.

Mengapa? Karena melihat potensi dan segmentasi pasar di dalam negeri sendiri juga sangat besar untuk tur khusus pertanian ini ke depannya seperti perkebunan, hortikultura, peternakan, perikanan dan lainnya.

Tujuan utama membuat bisnis ini ingin masyarakat termotivasi dengan melihat langsung  para petani sukses, baik di dunia maupun dalam negeri. Harapannya juga semakin banyak anak-anak muda yang ikut berpartisipasi untuk memajukan dunia pertanian.

Satu perjalanan itu berapa banyak pesertanya? Dia mengatakan, rata-rata sekali berangkat minimal 10-20 orang per bulan. Jika saat musim panen kurma bulan Juli-Agustus bisa mencapai 30-50 orang per bulan bulan.

"Hingga saat ini, alhamdulillah peminatnya masih banyak dan  masyarakat juga sudah mendaftar untuk rencana tur panen kurma di bulan Juli-Agustus 2021 ini. Sembari kita menunggu update syarat masuk dan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Thailand sendiri untuk turis nantinya," tuturnya.

Bisnis Langka Tak Terkena
Bisnis yang dilakoni Tarsono selama ini ternyata tepat. Di tengah kondisi pandemi yang mewabah dan sejumlah bisnis yang dijalankan orang mati suri, justru bisnis yang dijalankannya aman-aman saja. Bisnis langka yang dijalankannnya sepertinya tidak terkena dampak yang signifikan dari wabah yang melanda.

"Sama saja, tak ada perubahan yang signifikan, baik sebelum dan sesudah ada pandemi ini. Karena gaharu kan semakin hari semakin langka. Kebutuhannya pun belum terpenuhi sepenuhnya di pasar internasional. Jadi sebelum dan sesudah Covid-19, bisnis gaharu tetap jalan," ujarnya.

Memang, tambahnya  di awal-awal pandemi  agak berdampak sedikit. Tapi itu tidak terlalu kuat. Setelah itu stabil lagi. Mengapa bisa stabil begitu cepat? Kebutuhan pasar internasional terhadap kayu gaharu sangat dibutuhkan. Sementara ketersediaan bahan baku semakin hari semakin langka dan di alam ketersediaan kayu gaharu juga semakin berkurang.

Makanya saat pandemi Covid-19 ini dampaknya yang dirasakan hanya di awal-awal saja. Setelah itu normal kembali dan justru permintaan dari pasar internasional semakin meningkat.

"Bisnis ini langka. Makanya tidak begitu terkena dampaknya," tutur Tarsono.

Selain itu, produk turunan yang dihasilkan dari bisnis ini cukup banyak sekali. Akan tetapi produk utama yang diusahakan adalah gubal atau teras gaharu. Teras atau gubal inilah yang harga jualnya sangat tinggi di pasar luar negeri terutama di Timur Tengah. Akan tetapi, dalam menjalankan bisnis ini jangan sampai salah target. Mengapa?  "Saya perhatikan, sekarang banyak yang tersesat dalam menjalankan bisnis ini. Jangan sampai nanti kita menanam atau budi daya gaharu tapi salah target," ujarnya.

Jadi, pasar utama gaharu itu adalah gubal atau teras gaharu. Ini adalah pasar yang paling utama di dunia gaharu. Dalam perjalanannya, banyak yang salah kaprah dan hanya  berharap dari daun gaharu saja untuk bikin teh. Atau pakai nama gaharu, tapi mereka jualan obat, macam-macam obat, termasuk obat kuat dan lain-lainnya. Ini perlu diluruskan. Jangan sampai hal ini mempengaruhi pikiran masyarakat.

"Sekali lagi saya katakan,  pasar utama gaharu adalah gubal/teras. Karenanya mengapa kami tidak memposting atau menunjukkan transaksi jual beli gubal/teras gaharu karena itu terkait dengan legalitas dengan izin. Jadi kalau gaharu alam itu kita harus pakai kuota dan kita harus pakai sertifikat CITES dari pemerintah," ujarnya.

Itu semua, tujuannya untuk melindungi pohon gaharu di alam dari ancaman kepunahan. Target utama gubal. Ketika punya industri pengolahannya, target yang kedua adalah minyak gaharu. Minyak gaharu ini lebih mudah. Ketika  menjual, tidak perlu sertifikat CITES lagi. Karena ia sudah berbentuk minyak wangi, minyak pure, minyak yang masih 100 persen dari sulingan gaharu.  

"Kalau ini dalam penjualannya selalu kita posting ke berbagai media sosial dan ini lebih etis dan secara hukum kita tidak melanggar hukum, karena kita memposting sesuatu yang tidak dilindungi," tuturnya.

Ketika  punya pabrik pengolahannya, makanya akan banyak produk turunan yang bisa dihasilkan, seperti teh, kopi, air. Bermacam produk berbasis gaharu termasuk sekarang sabun cuci, wangi-wangian, hand sanitizer dan  banyak lagi turunan dari gaharu.

"Untuk turunan ini pun kita membuat produksinya," ujarnya.

Yang jelas, tambah penggiat lingkungan dari Kabupaten Siak ini lagi, pasar gaharu ini  sangat stabil. Harganya stabil, bisnis ini pun dalam hematnya  akan stabil sampai kapan pun. Tidak sama dengan bisnis yang lain.

Cuma memang ada beberapa karut-marut di dunia gaharu dan ini harus dibenahi bersama. Ini harus dibangun bersama untuk kemajuan masyarakat Indonesia di bidang gaharu, karena negeri ini bersaing dengan negara-negara tetangga yang mungkin lebih kontinyu, lebih konsisten dan lebih tersusun dari hulu hingga hilir.

Menjawab apakah dampak pandemi ini dirasakan oleh petani-petani gaharu binaannya, dia mengatakan sepertinya tidak. Karenanya, petani-petani binaannya menanam gaharu itu sebagai investasi jangka menengah dan panjang, belum sebagai investasi utama mereka saat ini. Karenanya, selain menanam dan membudidayakan gaharu, petani-petani yang dibina  memiliki usaha di bidang lain, misalnya kebun, sawah dan lain-lainnya.

Memang, pandemi ini secara umum membawa dampak terhadap bisnis. Namun untuk bisnis gaharu ini, walau terdampak, tapi dampaknya tidak begitu lama. Ia pulih dengan cepat karena permintaannya tinggi dan yang menjalankan usaha ini masih sangat sedikit.***

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook