Mendengar nama tempat itu, cukup menakutkan,, Danau Kobra. Terbayang adanya habitat ular yang memiliki bisa mematikan. Namun tanpa gentar, oleh prajurit TNI justeru di daerah tersebut dijadikan salah satu sasaran kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-117 tahun 2023.
Laporan: Zulfadhli, Bangko Pusako
Danau Kobra sendiri merupakan sebuah cekungan besar dengan air jernih, kehijauan yang dikelilingi oleh sawit dan tanaman liar di Kepenghuluan (desa-red) Bangko Lestari, Bangko Pusako, Rokan Hilir (Rohil).
Dari lokasi danau, melintasi jalan yang berdebu berupa tanah timbunan selanjutnya mengambil rute ke kanan dan terus melewati jalan di areal kebun sawit tepatnya di jalan Talon Sejati didapatilah sebuah musala bernama Al Hidayah.
Musala yang didominasi warna hijau itu rampung dalam tempo relatif singkat. Terhitung sejak kegiatan TMMD dimulai. Tanpa lelah, prajurit TNI bersama warga setempat mengesa pembangunan musala.
Ketua RT 025 RW 011 Dusun Bourtrem Jaya, Bangko Lestari, Wahyudi menceritakan keberadaan musala itu awalnya dibangun secara swadaya pada 2003. Uniknya, biaya untuk pembangunan musala dilakukan dengan mengumpulkan dana yang diperoleh dari kunjungan wisatawan lokal ke Danau Kobra.
Keberadaan danau terangnya memang menarik perhatian. Ini tidak terlepas dari kondisi yang masih alami, lingkungan yang cukup bersih disisi lain biaya yang dipungut relatif bersifat sukarela. Meskipun begitu karena minim dukungan, masih banyak fasilitas yang perlu ditingkatkan agar bisa menjadi destinasi wisata andalan.
“Ya hasil dari yang berkunjung ke Danau Kobra, setiap pekan kami kumpulkan, ditambah dengan infak dari hamba Allah namun saat itu memang kondisi musala masih sangat terbatas,” katanya.
Sehingga begitu mengetahui adanya program TMMD ke-177 di Rohil, pihaknya menyampaikan usulan pembangunan musala ke babinsa setempat dan akhirnya disetujui menjadi salah satu sasaran kegiatan fisik TMDD 0321/Rohil tahun anggaran 2023 ini.
“Alhamdulillah, terwujud. Bantuan itu tidak hanya pembangunan musala tapi juga ada Box Culvert, kami berterimakasih sekali kepada TNI, pemerintah setempat yang telah membantu khususnya pembangunan musala semoga masyarakat lebih senang hatinya, dan lebih giat lagi ibadah,” cetus Wahyudi.
TMMD Menyasar ke Daerah Jauh dan Terpencil
Wahyudi mengisahkan awalnya musala yang tersebut, berbentuk bangunan panggung dengan bahan kayu. Dibuat tingi mengingat lingkungan sekitar waktu itu yang rawan banjir. Warga bersama-sama melakukan penimbunan di areal sekitar musala agar mudah dijangkau.
Kuatnya keinginan untuk memiliki rumah ibadah itu dibuktikan warga dengan bergotong royong mulai dari memberikan infak, membantu penimbunan akses jalan dengan pasir, bahkan untuk membangun musala tanpa melibatkan ahli atau tukang bangunan.
Kini, beber Wahyudi, bila dibandingkan dari sebelumnya dan saat ini kondisi musala yang sudah selesai dibangun TNI, menurut pria berambut gondrong ini bisa dikatakan 180 derajat berubah.
Untuk menjangkau ke Desa Bangko Lestari, dari keberadaan makodim 0321/Rohil yang terletak di Bagansiapiapi yang juga merupakan ibukota Rohil diperlukan waktu tempuh sekitar tiga jam.
Namun waktu yang diperlukan bisa lebih lama, bila menuju ke lokasi titik dimana kegiatan fisik dilaksanakan sebab keberadaannya jauh dari lintasan jalan umum, mesti masuk lagi ke areal perkebunan.
Disisi lain juga tidak terlepas karena faktor kondisi jalan di lokasi sasaran yang sebagian masih belum tersentuh aspal.
Bertansformasi dari giat Abri Masuk Desa (AMD), TMMD memang menyasar ke daerah-daerah yang dinilai masih tertinggal, dengan jangkauan terjauh maupun terpencil.
Seperti halnya Dusun Bourtrem Jaya di RT 025 RW 011 Desa Bangko Lestari ini. Sebelumnya, perkembangan wilayah itu memang berjalan lambat.
Seperti dituturkan Wahyudi, meskipun daerah Danau Kobra sudah dibuka pada era 70an tak banyak yang mau tinggal di lingkungan tersebut. Akses jalan buruk, disisi lain berkembang hal mistis yang dikaitkan dengan danau sehingga membuat orang enggan tingal di sana. Baru pada 90an, daerah itu mulai ditempati warga.
“Sedangkan di daerah Talon Sejati, tahun 2000 kami masih satu keluarga saja di sana, tidak punya tetangga,” kisah Wahyudi. Seiring perkembangan yang ada jumlah warga bertambah dan saat ini berada di kisaran 40 Kepala Keluarga (KK).
Menurutnya terdapat sejumlah versi mengenai danau yang belakangan lebih populer dikenal sebagai danau Kobra. Pertama menyangkut adanya Klub Voli Botrem Remaja sehingga disingkat dengan sebutan Kobra, selain itu disinyalir dari sebutan orang tua-tua dulu yang menyebutkan danau Kubra dari bahasa Arab yang berarti besar, ini mengacu pada ukuran danau yang luas.
Selain itu ada juga yang menyebutkan sebagai Talon Sejati, yang dimaknai dengan tanah longsor namun tak menimbulkan korban jiwa. Mengacu pada adanya peristiwa tanah longsor di tempat tersebut.
Dengan kondisi lingkungan yang masih minim sentuhan pembangunan, cukup jauh dari ibukota kabupaten, serta adanya kesan angker di tempat tersebut, Wahyudi mengaku sangat bersyukur ternyata tak menyurutkan semangat bagi TNI untuk menjangkau pembangunan bagi masyarakat.
“Saya beserta masyarakat RT 025 khususnya, menyampaikan jutaan terimakasih telah dibantu, dibangunkan musala lewat program TMMD ini. Kami sangat berterimakasih, semoga TNI makin jaya, makin dicintai rakyat,” kata Wahyudi