Perayaan Imlek tinggal 10 hari lagi. Warga Siak yang memperingatinya mulai memasang lampion di depan dan dalam rumah, demikian juga dengan Klenteng Hock Siu Kiong. Tahun macan air akan berganti menjadi kelinci air.
Laporan MONANG LUBIS, Siak
Klenteng ini bagian dari situs bersejarah Kabupaten Siak, bersama pertokoan yang mirip Pecinaan. Bahkan orang orang menyebutnya Pecinaan Siak.
Sebenarnya wilayah itu dulunya pasar, dan pelabuhan Sungai Jantan. Mengingat akses warga menggunakan transportasi air. Kini, pelabuhan itu telah berganti menjadi turap, dan disebut dengan Turap Singapura.
Orang yang berdiri lalu berjalan di turap depan klenteng sampai Lapangan Siak Bermadah serasa berada di Singapura, dan sangat instagramable.
Kabupaten Siak boleh terus berbenah, namun masih tetap menjaga warisan seni dan budaya serta tempat tempat bersejarah, karena memang Siak menjadi kota tujuan wisata dengan beragam destinasi sejarah dan edukasi, berupa Istana Asserayah Alhasyimiah, Tangsi Belanda, Masjid dan Makam Sultan, Pecinan Siak.
Sementara yang buatan ada Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, di bawahnya atau Taman Siak Lawo dan lift yang bisa membawa pengunjung melihat keindahan Kota Siak dari atas Jembatan TASL, penangkaran rusa dan banyak lagi.
Perayaan Imlek bagian yang tak terpisahkan dari warga Tionghoa Siak. Mereka sudah ada di Kabupaten Siak lintas generasi.
Akan ada sejumlah kegiatan yang pada Imlek sebelumnya tidak dilaksanakan karena PPKM. Selain hiburan mengundang artis, ada juga tradisi bagi bagi angpau.
Imlek di Siak juga membawa kegembiraan bagi warga, tidak hanya warga Tionghoa yang merayakan, tapi warga Siak yang hidup bertetangga, berteman ikut bergembira. Sebab warga Tionghoa membuka pintu rumahnya dan menerima kunjungan.
Salah seorang pengusaha bernama Budi, tahun lalu dia membagikan angpau ke beberapa pelanggannya. Ketika ditanya, apakah tahun ini akan melakukan hal yang sama, sambil tersenyum dia mengatakan iya.
Disebutkannya, sebenarnya angpau untuk anak kecil atau mereka yang belum berkeluarga. Tapi kadang kadang teman datang bersilaturahmi, tentu saja akan berbagi kegembiraan.
''Saya sangat senang teman-teman bisa datang dan bersilaturahmi, ikut bergembira bersama kami,'' kata Budi.
Hal yang sama dikatakan Aceng, biasanya dia membagikan kue kepada tamunya yang datang saat Imlek.
Warung kopi miliknya akan tutup selama sepekan. Lalu ketika dibuka kembali, para pelanggan tak hanya menikmati kopi racikannya, tapi juga kue kue khas Imlek.
''Kami ingin bergembira bersama, merakayan Imlek,'' ucapnya.
Setiap Imlek, di klenteng ada kegiatan makan bersama. Pengurus klenteng membuka pintu lalu membagikan makanan kepada siapa saja yang datang.(gem)