MASJID RAYA DARUSSALAM, TONGGAK SEJARAH PUSAT KERAJAAN KUNTO DARUSSALAM

4 Tiang Kayu Kulin, Corak Bangunan Bergaya Turki dan Eropa

Feature | Kamis, 07 Mei 2020 - 08:14 WIB

4 Tiang Kayu Kulin, Corak Bangunan Bergaya Turki dan Eropa
Masjid Raya Darussalam Kota Lama, Kecamatan Kunto Darussalam, menjadi salah satu tonggak sejarah pusat Kerajaan Kunto Darussalam. Foto diambil beberapa hari lalu.(ENGKI PRIMA PUTRA/RIAU POS)

Rokan Hulu yang dikenalkan dengan julukan Negeri Seribu Suluk, memiliki masjid maupun surau suluk yang unik dan bersejarah dalam pengembangan Islam di jaman penjajahan kolonial Belanda.

Laporan ENGKI PRIMA PUTRA, Pasirpengaraian


Keberadaan surau suluk dan masjid tertua yang menjadi catatan sejarah, saat ini bangunannya sudah permanen dan dilakukan pemugaran oleh pengurus masjid, namun masih ada peninggalannya di lima luhak yaitu Luhak Rokan, Luhak Rambah, Luhak Kepenuhan, Luhak Tambusai, dan Luhak Kunto Darusalam yang memiliki peranan penting dalam pembentukan Rokan Hulu menjadi sebuah Kabupaten pada tahun 1999.

Salah satu masjid tertua yang menjadi catatan sejarah di Luhak Kunto Darussalam yakni Masjid Raya Darussalam yang kini berada di Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rohul.

Namun sejarah pasti pendirian Masjid Raya Kota Lama ini, secara tertulis memang tidak ditemukan, Namun ceritanya diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut.

Berdasarkan beberapa sumber dari para tokoh dan pelaku sejarah di Kota Lama, bahwasanya Masjid Raya Kota Lama didirikan pada 1912, pada zaman Kerajaan Kunto Darusalam saat itu dipimpin Raja Tenguku Mahmud yang dilanjutkan oleh Raja Muhammad Ali dengan gelar Tengku Pahlawan serta dibantu Syech Jamil Mahmud (sebagai Imam Pertama)

Berawal masjid ini didirikan berukurun 8 meter X 10  meter  yang dibangun diatas tanah yang diwakafkan Raja Tengku Mahmud terletak di Kampung Terendam Lingkungan Parit Nan Empat Kelurahan, Kecamatan Kunto Darussalam waktu itu.

Pada 1937 secara resmi, masjid ini didirikan Raja Tengku Pahlawan atas dasar mufakat para pemuka dan tokoh masyarakat waktu itu. Yang dibangun secara gotong royong, di mana bangunan masjid terbuat dari kayu dengan beratap seng.

Adapun bahan bangunan selain dari hutan yang berada di wilayah Kota Lama, juga didatangkan dari Kerajaan Rokan IV Koto dan bahan seng serta paku dari Singapura.

Karena perkembangan jamaah yang terus bertambah, pada 1952 diadakan rehabisalitasi dengan menambah serambi pada kiri dan kanan masjid masing-masing satu meter yang terbuat dari Nibung. Selanjutnya pada 1979 serambi tersebut dirombak menjadi dinding batu terawang

Seiring waktu dan perkembangan jaman, jumlah penduduk yang kian padat, pada 1985 muncul ide dari para tokoh untuk mendirikan masjid yang lebih besar yang diberi nama Masjid Riyadhul Muttaqin, dan terwujud beberapa tahun kemudian. Lalu pada 1998 para jamaah mulai melaksanakan Salat Jumat dan salat fardu di masjid yang baru.

Sedangkan masjid raya karena kondisi semakin tua dan tidak layak pakai lagi mulai ditinggalkan oleh jamaah. Setelah lebih 18 tahun berlalu, masjid raya tidak digunakan jamaah untuk salat berjamaah, atas prakarsa Menteri Kehutanan Republik Indonesia H MS Ka’ban SE MSi, pada 18 Desember 2015 diadakan kembali peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya oleh MS Ka’ban yang pembiayaannya dihimpun dari Donator di bawah koordinasi HMS Ka’ban.

Untuk menunjang terlaksananya pembangunan masjid, dilakukan pemindahan kuburan yang berada di sekitar lokasi masjid, proses pemindahan atas persetujuan ahli waris secara sukarela.

Lurah Kota Lama Aly Yusuf SSos kepada  Riau Pos, Sabtu (2/5), menyebutkan, Masjid Raya Darussalam yang berada di Kelurahan Kota Lama, merupakan masjid kebanggaan masyarakat yang sampai saat ini, rumah Allah tersebut selalu diramaikan jamaah dalam melaksanakan salat lima waktu maupun Salat Tarawih berjamaah di Kecamatan Kunto Darussalam.

Menurutnya, berdasarkan informasi dari pengurus Masjid Raya Darussalam dan sejumlah tokoh masyarakat Kecamatan Kunto Darussalam, bahwasanya Masjid Raya yang secara umum terbuat dari Kayu Kulin itu, satu-satunya ada di Kota Kama Kabupaten Rohul.

Adapun ciri-ciri khas yang unik dari Masjid Raya Darussalam ini, lanjutnya, adanya lima kubah bercorak Turki dan ukiran kayu Gaya eropa, dengan gabungan corak bangunan antara Turki dan Eropa. Di mana saat ini kondisi bangunan Masjid Raya Kotalama dinyatakan selesai.

Diberi nama Masjid Raya Darussalam, dikarenakan masjid ini dibangun pada masa kerajaan Kunto Darussalam yang terletak di ibukota kecamatan. Di mana bila lihat dari sudut pandang bahasa arap, nama Masjid Raya Darussalam yaitu selamat.

Diharapkan dengan didirikan masjid ini kembali umat Islam dapat memakmurkan masjid ini, sehingga dengan izin Allah, negeri ini menjadi negeri yang selamat.

Kemudian di sisi gonjong paling atas terdapat lambang bintang bulan, gambar buah peria dan buah labu, melambangkan Kecamatan Kunto Darussalam adalah negeri yang subur untuk usaha rakyat di bidang pertanian.

Lima gonjong yang terdapat diatas atap, katanya, memberikan makna Masjid Raya

Darussalam ini dibangun atas dasar ke-Islaman yang mana Gonjong diterjemahkan dengan lima Rukun Islam.

Kemudian di bawah bundaran gonjong terdapat delapan sisi kumbang yang memberi makna di Kota Lama sebagai pusat kerajaan pada saat itu terdapat delapan suku yakni Suku Tengku Panglima Besar, Suku Tengku Besar, Suku Maharajo Rokan, Suku Maharajo, Suku Melayu, Suku Melayu 3 Induk, Suku Caniago dan Suku Tandodirajo.

Kemudian pada sisi atap terdapat enam sudut pandang, dimana kayu yang dipergunakan untuk membangun Masjid Raya Darussalam Kota Lama adalah teras kayu kulim. Hal ini melambangkan bahwa teras kayu kulim, mempunyai ketahanan yang luar biasa.

Sedangkan buah kayu kulim digunakan sebagai ramuan gulai asam pedas yaitu ciri khas makanan Kota Lama yaitu gulai asam pedas kulin, sementara daunnya digunakan untuk lalap.

Di sisi jendela Masjid Raya Darussalam terdapat pagar uyung hal ini melambangkan pertanahan dan pertanian. Di samping empat tiang kayu yang terdapat dalam masjid Raya Darussalam melambangkan empat Kholifah Kurrosyidin, yakni Khalifah Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ali Bin Abi Talib, Usman Bin Affan, Dalam bahasa orang tua Kotalama kerap disebut, sohabat nan ompek.

Empat tiang ini juga diterjemahkan dalam sejarah kerajaan Kunto Darussalam yang terdapat empat muhum dalam Luhak Kunto Darussalam yaitu Muhum Mangkat Sontang, Muhum Mangkat Dumbak, Muhum Mangkat tongah dan Muhum Mangkat Baluang.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook