KESUMBO AMPAI, RUMAH ADAT MASYARAKAT SAKAI

Destinasi Wisata Budaya dan Alam

Feature | Minggu, 07 Februari 2016 - 10:06 WIB

Destinasi Wisata Budaya dan Alam
Tari Poang: Sejumlah pemuda-pemuda Sakai di Desa Kesumbo Ampai saat menampilkan tari poang (perang, red)

RIAUPOS.CO - Kesumbo Ampai adalah rumah adat masyarakat Suku Sakai. Dari rumah inilah dahulu segala aturan adat ditetapkan, dari rumah inilah dulunya segala persoalan di tengah masyarakat dicarikan jalan keluarnya, sehingga masyarakat bisa hidup tentram dan nyaman sehingga terbebas dari berbagai permasalahan. Di rumah inilah dulunya kepala suku atau bathin bermastautin (bertempat tingal). Peran rumah ini dahulu menjadi sangat vital. Kelak Desa ini bisa menjadi destinasi wisata budaya dan alam di Riau.

Sosok rumah dengan ornamen khas masyarakat sakai berdiri megah di tengah kawasan hutan Desa Kesumbo Ampai, Kecamatan Mandau, Bengkalis. Rumah ini oleh masyarakat suku Sakai disebut dengan Kesumbo Ampai.  Dahulu, rumah ini tempat bathin tinggal bersama keluarganya. Setiap persoalan yang ada akan diselesaikan oleh bathin dengan bijaksana.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dengan kojow (tombak, red) dua orang hulubalang dengan mengenakan pakaian khas suku Sakai mengawal jalan masuk ke rumah adat. Seutas tali yang diberi hiasan daun kelapa muda dibentangkan pada jalan masuk tersebut, sehingga tidak seorangpun diperkenan melewati jalan itu. Dengan sikap gagah kedua  hulubalang terus berdiri bak patung.

Selang beberapa menit kemudian, terdengar alunan  gendang dipukul, dua pesilat maju kehadapan. Di hadapan kedua pesilat berdiri Pj Bupati Bengkalis yang mengenakan baju kurung Melayu. Sekitar tiga menit peragaan silat ditampilkan dan tali penghadang diputuskan.

Sejurus kemudian sekitar 10 orang anak-anak muda Sakai yang mengenakan baju yang berwarna mencolok maju ke hadapan Pj bupati. Mereka menyambut kedatangan dengan membawakan tarian khas  suku Sakai tari poang (perang, red). Sekitar tiga menit juga mereka menari dan selanjutnya mempersilakan bupati masuk dan menuju ke lokasi acara.

Selasa (19/1) hari itu menjadi hari istimewa bagi masyarakat setempat. Setelah sekian lama dibangun oleh PT Arara Abadi dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, hari itu rencananya rumah adat tersebut akan diresmikan penggunaannya. Rumah ini memang dibangun ulang, karena sebelumnya rumah adat ini terbakar sehingga rata dengan tanah.

Bathin Sebangar Iyo Bangso HM Yatim merasa bersyukur atas peresmian ini. Menurutnya, rumah adat ini bagi masyarakat Sakai dahulunya memiliki peranan yang cukup penting. Di sinilah (rumah adat, red) bathin mengatur tata pemerintah, mengatur sistem adat dan menjaga adat, sehingga apapun persoalan yang ada di tengah masyarakat dapat diselesaikan dengan baik dan bijak.

‘’Dahulu rumah ini tempat tinggal kepala bathin, dari rumah inilah seorang bathin mengatur tata pemerintahan wilayahnya, dari rumah inilah seorang bathin mengatur adat istiadat, misalnya terkait adat nikah kawin, olat jamu (ritual tolak bala), setahun sekali ada acara mombolo imbo ayo (memelihara hutan, red) dan sebagainya,’’ ujarnya.

Mombolo imbo ayo, menurutnya perlu dilakukan oleh masyarakat Suku Sakai, karena kehidupan masyarakat Sakai ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan imbo ayo (hutan, red) itu sendiri. Ketergantungan masyarakat Sakai terhadap hutan sangat besar sekali, karena berbagai keperluan hidup dan ritual pengobatan masyarakat Sakai semuanya berasal dari hutan.

Diharapkan, dari pelaksanaan mombolo iyo ayo itu, kondisi hutan tetap terjaga dengan baik, hutan tetap jadi (lestari, red), sehingga masyarakat Sakai bisa memperoleh kehidupan dari hutan itu. ‘’Kami masyarakat Sakai ini tidak bisa dilepaskan dari hutan, selain kehidupan bisa kami peroleh dari hutan, segala jenis obat-obatan di peroleh dari alam dan hutan, karenanya jika hutan rusak kehidupan masyarakat akan terancam,’’ ujarnya.

Sekarang, tambahnya tentu fungsi rumah adat itu sudah sedikit berubah walaupun acara kegiatan nikah kawin dan kegiatan kebudayaan bisa dilakukan di sini namun fungsi utamanya saat ini sebagai museum dan pusat pengembangan budaya Sakai. ‘’Artinya, jika ada masyarakat luar datang ke sini dan ingin mengetahui tentang Sakai silakan datang ke rumah adat ini, segala informasi tentang Sakai bisa di peroleh,’’ ujarnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook