Buat Buku
Yatim juga mengatakan, rumah adat ini memang tidak lagi 100 persen seperti rumah adat sebelumnya. Misalnya ukiran-ukiran dan ornamen dinding, bentuk ikatan-ikatan kayu dan sebagainya. ‘’Itu semua tidak lagi ada, karena ada kondisi tertentu yang memaksa ukiran, ornamen itu tidak ada,’’ ujarnya.
Namun, tambahnya ke depan pihaknya akan merancang sebuah buku yang berisikan tentang bentuk ukiran, ornamen dan bentuk ikatan yang ada di rumah adat itu, sehingga anak-anak muda Sakai bisa tahu bagaimana bentuk ukiran, ornamen yang dimiliki masyarakat.
‘’Selain itu jika masyarakat luar datang ke rumah adat ini mereka bisa mengetahui bagai bentuk ciri dan corak ragam ornamen yang dimiliki masyarakat, mudah-mudahan ini bisa segera diwujudkan,’’ ujarnya.
Ini sangat penting, sebab dalam rumah adat itu tidak terlihat lagi itu semua, dari buku yang dibuat itulah nanti bisa dijelaskan makna ukiran, bentuk ukiran dan sebagainya. Dalam buku itu nanti bisa dijelaskan apa maksud dari posisi kayu, misalnya alang, kemudian apa maksud dari jalin gamak mudik, jalinan siyek lantai bulan dan sebagainya.
‘’Apa maksud posisi kayu alang, jalinan rotan dan sebagainya nanti akan dijelaskan dalam buku yang sedang dirancang itu,’’ ujarnya.