DIDOAKAN SYAHID, MOHAMMAD RIZKY PRATAMA DIMAKAMKAN DI PANGKALAN LESUNG, PELALAWAN

Pamit ke Orang Tua Ingin Mengabdikan Diri di Gontor

Feature | Sabtu, 06 Mei 2023 - 10:25 WIB

Pamit ke Orang Tua Ingin Mengabdikan Diri di Gontor
Para alumni, ustaz, ustazah hingga pengasuh Pondok Modern Gontor Putri 7 mendoakan Mohammad Rizky Pratama saat jenazah tiba di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Jumat (5/5/2023). (HENDRAWAN KARIMAN/RIAU POS)

Bus pengangkut rombongan 29 guru pengabdi dari Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) mengalami kecelakaan di Pegunungan Kebun Kopi Km 4, Desa Toboli, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Rabu (3/5) malam. Tiga guru pengabdi meninggal dunia, satu di antaranya merupakan asal Pelalawan, Riau bernama Mohammad Rizky Pratama.

Laporan MUHAMMAD AMIN AMRAN dan HENDRAWAN KARIMAN, Pangkalankerinci dan Pekanbaru


Suara isak tangis keluarga terdengar membahana menyambut kedatangan jenazah anak pertama dari lima bersaudara pasangan Sugeng Pranyoto (47) dan Siti Suwartini (44) ini. Kecelakaan yang dialami Mohammad Rizky Pratama meninggalkan luka mendalam bagi keluarga mendiang.

Ratusan tetangga dan rekan sejawat, terlihat memadati rumah permanen berwarna kuning tersebut untuk memberikan bantuan dan dukungan moril agar keluarga yang ditinggalkan dapat tabah menerima takdir Allah SWT.

Pria kelahiran Kelurahan Pangkalankerinci Barat, Kecamatan Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan yang telah berusia 18 ini mengembuskan napas terakhirnya setelah Bus Rappan Marannu yang ditumpanginya bersama rombongan santri Pondok Pesantren Gontor  terperosok masuk ke jurang diduga karena rem blong.

Di mata keluarga dan warga setempat, Mohammad Rizky Pratama yang akrab disapa Kiky ini tidak asing lagi karena merupakan sosok seorang remaja yang sangat periang dan mudah bergaul. Bahkan, mendiang Kiky juga dikenal warga sebagai pria yang alim karena rajin pergi salat ke masjid setempat.

Sugeng Pranyoto (47), ayah kandung mendiang Kiky saat ditemui di kediamannya di Perumahan Bumi Asri RT 4, RW 4, Pangkalankerinci Barat, Kawasan Bhakti Praja, Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan, mengaku sangat kehilangan sosok anak baik hati bagi keluarganya. Dengan suara serak bercampur isak tangis yang tersisa, Sugeng menceritakan, saat-saat terakhir berjumpa dengan putra sulungnya itu saat Hari Raya Idulfitri 1444 H beberapa hari lalu.

“Ya, Rizky pulang saat Idulfitri kemarin. Ada dua pekan dia di sini dan baru kembali ke sekolahnya di Pondok Pesantren Gontor, Rabu (26/4) lalu. Memang kepulangan Rizky cukup cepat karena dia sudah kelas akhir dan untuk persiapan magang ke Ponpes Gontor yang ada di Indonesia,” tutur Sugeng kepada Riau Pos, Jumat (5/5).

Pemilik warung makan usaha pecel lele Berkah Bunda simpang Bundaran Bhakti Praja Jalan Sultan Syarif Hasyim Pangkalankerinci ini menambahkan, dirinya bersama istri dan keluarga lainnya mengantar langsung Kiky ke Bandara SSK II Pekanbaru saat kembali ke Ponpes Gontor di Ponorogo, Jawa Timur (Jatim). Namun tak disangka, rupanya itulah pertemuan terakhir dengan sang putra sulungnya.

“Jadi, selama lima hari di pondok, Rizky mengabarkan kalau dirinya tengah mengikuti pelatihan dari ustaz-ustaz senior untuk magang nanti. Komunikasi terakhir saya, ketika Rizky mengabarkan bahwa dia beserta kawan-kawannya satu rombongan anak Ponpes Gontor baru tiba di Makassar dari Jakarta naik pesawat,” sebutnya.

Dari bandara di Makassar, sambung Sugeng, perjalanan dilanjutkan dengan naik Bus Rappan Marannu ke Ponpes Gontor Tokorondo, Sulawesi Tengah yang mengalami kecelakaan maut tersebut. "Sempat terbetik kekhawatiran di benak saya saat Risky mengabarkan akan magang di Ponpes Gontor di Sulteng," ujarnya.

‘’Saya pikir magangnya di Ponpes Gontor yang ada di Jawa saja. Komunikasi terakhir saat tiba di Palu masih di tangga dan hendak naik bus menuju lokasi magang di Ponpes Gontor, Tokorondo arah ke Poso. Di komunikasi terakhir itu, saya sempat bilang ke anak saya untuk hati-hati dan jangan lupa berdoa,” paparnya tak kuasa membendung air mata yang membasahi kedua pipinya.

Sugeng mengaku pertama kali mendapat kabar Bus Rappan Marannu yang membawa rombongan anaknya mengalami kecelakaan dari sang istri. Kebetulan sang istri yang bertugas di Dinas Perikanan Pelalawan, Siti Suwartini (44) masuk grup WhatsApp orangtua Ponpes Gontor. Informasi awal yang diterima istrinya, kecelakaan maut itu tidak ada yang meninggal, dan itu membuat Sugeng lega.

Namun, selang satu jam kemudian, sang istri kembali menelepon sambil menangis-nangis saat mengabarkan putra sulung mereka menjadi salah satu dari tiga korban yang meninggal dalam kecelakaan itu. “Terasa lolos semua tulang saya, Bang mendengar kabar itu. Macam bernapas hanya dengan satu paru-paru saja, Bang. Segala kesedihan tumpah saat itu, sesak dada ini, Bang,” ujarnya.

Kenang Sugeng, Risky termasuk anak yang penurut. Saat di libur Idulfitri lalu, setiap ditawari makan Rizky tak banyak mintanya, dia hanya mengatakan terserah saja. Keinginannya ke Ponpes Gontor adalah murni keinginan sendiri, meski harus jauh dari orang tua. Tak ada paksaan sama sekali dari mereka selalu orang tua. “Libur kemarin saat Ramadan, kalau ditanya mau buka pakai apa, selalu jawabannya terserah saja. Anaknya benar-benar tak merepotkan,” kenang Sugeng.

Ditanya soal kenangan khusus atau semacam firasat yang dirasakan Sugeng saat Rizky libur Idulfitri kemarin, Sugeng tak merasakan apapun bahkan firasat sekecil apapun. Hanya saja Sugeng sempat heran juga saat Rizky belajar mobil, ternyata dia cepat sekali bisa. Bahkan saat pergi ke saudara mereka di Telukkuantan, Rizky yang menjadi sopirnya.

“Obrolan lain yang saya kenang dengan anak saya, saat Rizky mengatakan sebenarnya dia ingin mengabdikan dirinya di Ponpes Gontor pusat. Dia mohon doa restunya pada kami. Selaku orang tua, kami merestuinya seraya mengatakan, ayah dan ibu selalu mendoakan yang terbaik bagi anak, Mas. Apa yang terbaik dari Allah, itulah yang terbaik baginya Mas,” ujar Sugeng mengenang kembali percakapan dengan sang anak.

Tak lama dari situ, Rizky kembali mengabarkan kalau dirinya ditugaskan mengabdi di Ponpes Gontor di Poso, Sulteng. Kabar dari anaknya itu tak dipungkiri sempat menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Sugeng, sampai anaknya berangkat dan kemudian dinyatakan menjadi korban meninggal dunia dalam kecelakaan maut itu. “Tapi saya pasrah dan tawakal pada Allah. Cita-citanya lepas dari pondok dia ingin kuliah di Jakarta biar bisa kumpul dengan adiknya yang ada di Bekasi,” katanya.

Sugeng mengatakan, pihak Ponpes Gontor sempat bertanya ingin dikebumikan di Ponpes Gontor atau di Pelalawan. ‘’Kami sampaikan agar jenazah anak kami dibawa ke Pelalawan dan dikebumikan di sini. Dan almarhum akan dimakamkan malam ini (malam tadi, red) juga tepatnya di dekat pusara kakek dan neneknya di SP 6 Desa Sari Makmur Kecamatan Pangkalan Lesung, Pelalawan. Rencana awal mau di bawa ke sini dulu, ke rumah. Tapi karena waktu dan sudah terlalu lama jadi langsung dibawa ke pemakaman saja,” ujarnya.

Bunyamin, Ketua RT 4, RW 4, Pangkalankerinci Barat, Kawasan Bhakti Praja, Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan mengatakan, di mata warga dari kebanyakan anak yang ada, mendiang Rizky adalah anak yang sangat baik. Dia tidak pernah terlibat pertengkaran dengan kawan sebaya lainnya dan juga memiliki sifat yang pengalah.

“Kalau bermain dengan teman sebayanya memang agak sedikit kurang. Bukan karena sombong, tapi mendiang yang memiliki sifat periang ini lebih sering menolong orangtuanya jualan pecel lele,” beber Ketua RT Bunyamin yang merupakan mantan wartawan di Kabupaten Pelalawan ini.

Dikatakan Bunyamin, setiap dapat ilmu, Kiky langsung mengapilikasinnya. Salah satunya menjadi imam Salat Gaib dan salat lainnya di Masjid Baitus Sakinah di kompleks perumahan. “Mendiang tidak pernah menolak diminta jadi imam ataupun muazin di masjid. Baik sebelum masuk pondok maupun setelah masuk pondok. Kami warga tentunya sangat kehilangan sesok anak yang baik. Semoga Allah memberikan tempat yang layak bagi almarhum sebagai penghuni surga,” tuturnya.

Dijemput dan Doakan Kiai hingga Alumni
Jenazah Rizky tiba di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru sekitar pukul 16.30 WIB sore. Saat langit Pekanbaru sudah mulai mendung itu, tiga alumni Pondok Modern Gontor sudah stand by di terminal kargo bandara tersebut.

Dengan ramah mereka menyapa dan memberi kabar jenazah sudah sampai. Mereka sedang menunggu beberapa alumni lain, termasuk Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Darussalam Cabang Pekanbaru hingga ustaz dan ustazah Pondok Modern Gontor yang ada di Riau.

Almarhum tidak langsung diberangkatkan. Karena pembina yang akan mengantarkan langsung, belum mendarat di Pekanbaru. Tidak lama, menjelang pukul 18.00 WIB, tiga mobil datang untuk menyambut Rizky yang kemudian disusul ambulans yang akan mengantarkannya ke rumah duka di Pangkalankerinci.

Langit mulai gelap, rombongan besar ini, para alumni, ustaz-ustazah Gontor Putri termasuk Pengasuh Pondok Modren Gontor Putri 7, Kiai Muhammad Ma’ruf Chumaidi memilih Salat Magrib berjemaah terlebih dahulu.

Setelah itu jenazah dipindahkan dari terminal kargo ke ambulans. Seluruh alumni hingga para ustaz langsung mengerumuni jenazah. Dipimpin Kiai Muhammad Ma’ruf Chumaidi, Rizky dibacakan Al-Fatihah lalu kemudian didoakan. Setelah itu, peti jenazah bernomor 9382715820 itu dimasukkan sepenuhnya dalam ambulans.

Ketua IKPM Gontor Darussalam Cabang Pekanbaru Fajriansyah LC MA yang ikut menyambut kedatangan jenazah, juga mendoakan almarhum diberi tempat terbaik di sisi Allah. Dirinya juga menyampaikan bela sungkawa terhadap keluarga yang ditinggalkan.

‘’Atas nama alumni, kita doakan menjadi syuhada karena perjalanan anak kita ini kan untuk mengabdikan diri atas ilmu yang telah ditimbanya selama enam tahun di pondok. Atas nama keluarga besar IKPM Cabang Pekanbaru, kami sampaikan rasa bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan,’’ ungkap alumni Gontor 1987 ini.

Fajriansyah mengatakan, data terakhir alumni Gontor di Riau lebih dari 600 orang. Kendati Rizky belum masuk data tersebut karena benar-benar baru saja lulus, pihaknya merasa kehilangan. Kehadiran para alumni yang berkesempatan hadir petang itu merupakan bukti kepedulian tersebut.

Pria yang juga lulusan Al-Azhar Mesir ini juga mendoakan agar keluarga yang ditinggal diberikan ketabahan. Fajriansyah yakin Allah punya rencana lain dengan kepergian almarhum.

Sekadar informasi, Mohammad Rizky Pratama awalnya mondok di Gontor Putra 12 di Kabupaten Siak sampai kelas V. Pada tahun terakhir, kelas VI, dirinya melanjutkan ke Gontor Pusat di Ponorogo, Jawa Timur. Perjalanan ke Poso sendiri dalam rangka pengabdian satu tahun, sebuah program wajib di Pondok Modern Gontor.(das)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook