(RIAUPOS.CO) - TAMAN kota di Kota Pekanbaru sebelumnya berada di jantung ibukota Provinsi Riau. Dulunya dua di tepi Jalan Jenderal Sudirman. Pertama di pertigaan Jalan Jenderal Sudirman, pertigaan Jalan Cut Nyak Din, Jalan Diponegoro dan depan Kantor Wali Kota Pekanbaru, yang saat sekarang sudah ditutup untuk umum.
Pada umumnya warga Pekanbaru memadati taman-taman kota ini sejak sore hingga malam hari untuk menikmati keindahan ibukota Provinsi Riau. Namun yang paling banyak pengunjungnya pada akhir pekan. Bukan saja pengunjung dari dalam kota akan tetapi pengunjung dari berbagai daerah di Riau. ‘’Kepadatan pengunjung sudah berlangsung sejak kemarin,’’ kata Yanto (34), petugas kebersihan taman kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Jumat siang.
Hasil pantauan, terlihat ratusan pengunjung taman kota dari berbagai kalangan tersebut bersantai di lokasi taman, sebagian terlihat sambil berolahraga.Puluhan pengunjung berumur 40 tahun ke atas juga beriring, berjalan di atas susunan batu kerikil sebagai upaya penyembuhan penyakit rematik.
Sedangkan puluhan balita tampak ceria, bermain bersama di sejumlah tempat bermain yang tersedia di taman kota berlokasi tepat di samping Hotel Aryaduta itu.Pasangan remaja justru mencari lokasi cukup sepi, menghindari keramaian untuk menghabiskan waktu di taman seluas lebih satu hektare itu.
Sejumlah pedagang membuka lapak dan memarkirkan gerobak dagangan di sepanjang jalan dekat pintu masuk utama. Kendaraan roda dua dan empat berjejer di lokasi jalan yang sama, mengintari setengah lokasi taman kota tersebut.’’Pagi tadi sekitar jam 07.00 - 09.00 WIB lebih ramai dari siang ini. Tapi biasanya, paling ramai pengunjung adalah sore hari, sekitar jam 16.00 WIB hingga jelang magrib,’’ kata Soni (35), petugas parkir taman kota.
Syafrudin (46), warga Kerinci, Kabupaten Pelalawan mengatakan sengaja datang ke taman kota bersama dua anak dan isteri untuk menghabiskan waktu libur.’’Saya di Pekanbaru sejak sehari sebelumnya. Menginap di hotel dan berjalan-jalan di sejumlah lokasi wisata dan mal,’’katanya.
Selain taman kota di Diponeggoro, taman kota di Jalan Cut Nyak Dien juga banyak dikunjungi warga pada malam hari. Terutama saat liburan akhir pekan dan saat perayaan hari-hari besar.Namun disayangkan, dua lokasi ini masih sangat minim penerangan, sehingga ketika malam terlihat gelap gulita. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan sebagian remaja untuk melakukan hal-hal terlarang seperti berbuat mesum di lokasi itu.
Selama ini taman kota hanya terfokus di tengah kota sedangkan di pinggir kota, seperti di Jalan HR Soebrantas, Jalan Soekarno-Hatta, Jalan Riau dan beberapa ruas jalan utama lainnya hampir tidak ada taman kota. ‘’Kalaupun ada hanya taman di median jalan. Kalau untuk duduk-duduk menikmati udara segar seperti di Jalan Yos Sudarso seperti dibangun Chevron itu tak adalah. Yang ada setiap malam macet ya di Soebrantas ni,’’ jelas Wenni Husna warga Jalan Purwodadi.
Hiruk pikuk bunyi kendaraan membuat beberapa ruas jalan di Kota Pekanbaru ini tak nyaman bagi masyarakat. Apalagi pemandangan dan tempat beristirahat dengan dinginnya udara dan indahnya taman hanya terfokus di pusat kota seperti di Jalan Sudirman, Cut Nyak Dien dan Jalan Diponegoro. Sedangkan jalan-jalan lainnya tak tersentuh bahkan bisa dikatakan tak ada taman kota yang dibuat Pemko Pekanbaru.
Dikatakan Fahrulrozi pemerhati lingkungan yang saat sekarang sedang menyelesaikan master lingkungannya di Universitas Riau menegaskan Pekanbaru perlu membuat taman-taman di setiap kecamatan. Paling tidak pemerintah harus menyiapkan lahan minimal 1-2 hektare untuk untuk warga berkumpul dan bisa bersembang-sembang bersama keluarga. ‘’Yang terpenting penghijauan dan tempat bermain. Dengan begitu yakin warga betah dan bisa datang di sana. Caranya Pemko menyerahkan kepada pihak kecamatan mengelolanya,’’ jelas pemuda yang akrab disapa Oji ini.
Menurut dia polusi di Kota Pekanbaru sudah semakin tinggi. Jumlah kendaraan bermotor tak sebanding lagi dengan pertumbuhan penghijauan di Kota Pekanbaru. Hutan kota terbatas, penghijauan atau jalur hijau masih sangat minim. Pertumbuhan perumahan tinggi, sehingga penghijauan tak bisa lagi dilakukan di sepanjang anak sungai maupun sungai di Pekanbaru. ‘’Jangankan parit anak sungai aja ada yang ditimbun demi membangun perumahan dan lainnya,’’ jelas Oji.