Mendulang Rezeki dari Keindahan Negeri

Feature | Jumat, 13 September 2019 - 15:44 WIB

Mendulang Rezeki dari Keindahan Negeri
PETANG HARI: Suasana petang hari di Pulau Cinta, Desa Telukjering, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Ahad (1/9/2019).(MUHAMMAD AMIN/RIAUPOS)

Negeri ini menyimpan pesona keindahan yang luar biasa. Pesona itu tentu saja dapat didulang menjadi berkah tak ternilai, bahkan menjadi sumber penghasilan utama bagi rakyat. Diperlukan sejumlah kreatifitas, sentuhan kaum milenial, dan kerja keras tentunya. Sejumlah prasyarat itu juga ada di Riau, negeri dengan sejumlah keindahan alam dan kearifan lokal yang menawan.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Hendro (45), kini tak lagi kerja serabutan. Biasanya, warga Desa Telukjering, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ini hanya mengandalkan pendapatan dari alam. Dia mencari ikan di Sungai Kampar atau bertanam sayuran. Kadang dia ikut menambang pasir di Teratakbuluh, sekitar dua kilometer dari Telukjering, masih di aliran Sungai Kampar.

Hasilnya tak seberapa. Hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Kadang kurang. Masa depan untuk menghidupi anak istri pun terlihat suram.

"Pas-pasan saja untuk menyambung hidup Bang," ujar Hendro kepada Riau Pos, Rabu (11/9).


Tapi, semua itu hanya menjadi cerita lama. Sekarang, kehidupannya jauh lebih baik. Semuanya berkat sebuah objek wisata baru bernama Pulau Cinta. Objek wisata ini merupakan gabungan dari keberkahan Tuhan lewat keindahan alam, kearifan lokal, kreatifitas kaum milenial, dan teknologi dunia digital.

Objek wisata baru ini terbentuk dari endapan pasir selama bertahun-tahun. Awalnya, hamparan pasir itu tidak begitu luas. Sebuah banjir besar pada tahun 2015 membuat pasir itu meluas. Berkah di balik bencana. Banjir setinggi lebih dari satu meter itu membawa hamparan pasir seluas dua kali lapangan bola. Hamparan pasir itulah yang menjadikannya nyaris seperti pantai di laut.

Hamparan ini sebenarnya jauh lebih luas, sekitar 15 hektare. Ia dibatasi sebuah tebing alami setinggi dua meter. Tebing itu membatasi kawasan perumahan penduduk dengan area yang mereka sebut sebagai Pulau Alai. Selama bertahun-tahun, Pulau Alai hanya digunakan untuk mengembalakan kerbau. Ada juga kebun karet dan sawit, masing-masing sekitar satu hektare. Sisanya adalah kawasan lepas.

Sejak era 1980-an, kawasan lepas di Pulau Alai ini menjadi area perkemahan bagi mahasiswa. Ribuan mahasiswa pernah berkemah di sini. Ketika hamparan pasir itu meluas pada 2015, banyak mahasiswa yang tertarik dan merekomendasikan kepada rekan-rekan. Mereka juga selalu memposting status di Facebook, membuat vlog atau berswafoto di Instagram. Selain merekomendasikan kepada rekan sesama mahasiswa, mereka juga biasanya datang kembali.

Ada semacam rasa rindu untuk kembali. Mereka cinta tempat ini. Pemberian nama Pulau Cinta pun, semuanya dari netizen dan kaum milenial. Kiprah para milenial ini menembus batas-batas ruang dan waktu.

Sejak itulah geliat kehidupan Telukjering makin terasa. Kehidupan Hendro pun mulai berubah. Semangat wirausahanya bangkit. Kreatifitas pun mengalir. Sekarang, Hendro menjadi penyedia pondok tempat bersantai dan berteduh. Dia juga membuka kedai makanan ringan di sana. Terdapat 123 pondok di sepanjang Pulau Cinta. Tempatnya tersusun rapi. Kedai pun, yang berjumlah 61 unit, tampak tersusun rapi. Kebersihan juga terjaga. Keindahan alam pun berpadu dengan penataan kawasan yang kreatif. Banyak spot cantik yang instagramable di sini yang digemari kaum milenial. Mereka berburu wisata baru dan rezeki pun mengalir kepada orang-orang seperti Hendro.

"Kalau yang lain perlu modal besar. Sekarang yang ini dulu. Mungkin nanti bisa dikembangkan lagi," katanya.

Warga lainnya berinisiatif lebih jauh dengan membuka wahana permainan air seperti banana boat, rolling donut boat, pompong wisata, dan lainnya. Di Pulau Cinta ini terdapat delapan unit banana boat, enam unit rolling donut boat, satu mahkota raja, dua belas perahu hias, dan dua unit pompong. Terdapat juga permainan anak berupa ATV (all terrain vehicle) sebanyak 14 unit, dan minicross sebanyak 60 unit. Ada juga yang membuka spot foto.

"Kami usahakan sendiri dengan biaya sendiri. Kalau donat (rolling donut boat, red) itu belinya di Jakarta. Ada yang Rp40 juta sampai Rp50 juta. Modal besar, untung besar juga. Bisa sejuta dalam sehari, kalau lagi ramai. Ya, lumayanlah," ujarnya.

Peningkatan ekonomi masyarakat Desa Telukjering tampak dari perubahan rumah-rumah mereka. Juga kendaraan dan penataan jalan desa, termasuk rumah ibadah yang lebih baik. Dukungan pemerintah daerah pun tampak nyata. Selain perbaikan jalan desa, jalan akses dari jalur utama jalan provinsi lintas Pekanbaru-Telukkuantan juga ditingkatkan. Pemkab Kampar mengalokasikan Rp10 miliar untuk peningkatan jalan menuju pengaspalan.

"Kalau wisata Pulau Cinta terus seperti ini, pengunjung tetap banyak, kami yakin kehidupan dan rezeki makin bagus," ujarnya.

Sejak tahun 2016, Pulau Cinta memang menjadi satu destinasi fenomenal yang tak terduga. Dari tahun ke tahun, kunjungan ke destinasi yang hanya berjarak sekitarluaskm dari ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru ini, terus meningkat. Pada 2017, tercatat sebanyak 250 ribu pengunjung. Pada 2018, angkanya terus naik menjadi 345 ribu pengunjung. Tahun 2019 diperkirakan terjadi peningkatan yang lebih tinggi. Bahkan, Pulau Cinta sempat masuk salah satu nominasi Anugerah Pariwisata Indonesia (API) 2018.

Para wisatawan yang datang tak hanya dari Riau, tapi juga luar Riau. Bahkan ada beberapa kali rombongan dari luar negeri, kebanyakan dari Negeri Jiran Malaysia. Tak jarang mereka datang dengan rombongan besar berjumlah 50-60 orang. Bahkan juga ada turis dari Amerika, Cina, Korea, Eropa, Afganistan, dan Timur Tengah. Beberapa artis seperti Tyas Mirasih, Cinta Penelope, para artis Kontes Dangdut Indonesia (KDI), dan Ivan Gunawan sempat berkunjung ke destinasi ini.

Untuk menjaga pengunjung tetap datang, berbagai iven dan festival diadakan di sini. Ada yang besar, ada yang kecil. Iven besar, misalnya pernah ada Festival Pasar Telukjering 2018 yang diikuti tak kurang dari 15 ribu pengunjung. Kegiatan ini didukung pula oleh Kementerian Pariwisata RI dan Generasi Pariwisata Indonesia (GenPI). Kegiatan kecil pun banyak. Bahkan untuk "sekedar" peringatan Hari Kemerdekaan RI sejak 17 Agustus hingga akhir Agustus 2019 lalu, kemeriahannya tak kalah dibandingkan acara rakyat pada tingkat kabupaten. Padahal, panitia hanya tingkat desa.

"Itu kami lakukan agar pengunjung tetap datang. Banyak kegiatan, banyak pula pengunjung. Maka, ekonomi masyarakat pun terangkat," ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Telukjering, Husni Mubarak.

Lestarikan Kearifan Lokal

Fenomena kemasyhuran Pulau Cinta tak lepas dari terjaganya kearifan lokal masyarakat Telukjering. Mereka yang hanya terdiri dari 55 kepala keluarga (KK) ini begitu ketat menjaga adat istiadat setempat.

Pimpinan mereka adalah Ninik Mamak Palimo Jalelo, Datuk Bahar. Wakilnya Ujung Palimo Datuk Hanizar. Mereka terhubung dalam persukuan Domo. Pemimpin persukuan telah menetapkan sejak zaman nenek moyang dahulu bahwa kawasan luas yang mereka istilahkan dengan Pulau Alai itu merupakan tanah ulayat yang menjadi milik bersama. Tanah itu tidak boleh diperjualbelikan. Anak keponakan hanya punya hak pakai untuk bersama.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook