Ketika "Tujuh Hantu" Tak Lagi Adang BBM Rakyat

Feature | Selasa, 06 November 2018 - 21:13 WIB

Ketika "Tujuh Hantu" Tak Lagi Adang BBM Rakyat
DI DEPAN SPBU: Zainal Abidin berada di depan SPBU Kompak Labuhan Bilik, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, beberapa waktu lalu.

Putuskan Rantai Distribusi

Distribusi BBM ke SPBU Kompak Labuhan Bilik didatangkan dari Pelabuhan Sungai Duku di Pekanbaru. Mobil dengan kapasitas 8 KL mengangkut BBM melalui jalur darat selama 7-8 jam menuju Desa Pulau Muda. Di Pulau Muda sudah menunggu kapal pengangkut yang sengaja dikandaskan. Kapal akan berangkat setelah air mulai naik kembali. BBM diangkut dengan menggunakan kapal menuju Desa Labuhan Bilik, tempat SPBU ini dibangun. Waktu tempuh mencapai 2-3 jam. Tetap melalui muara Sungai Kampar dan tantangan bono, tapi sudah relatif dekat.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Semua biaya distribusi ini menjadi tanggungan Pertamina, sehingga harga BBM di SPBU ini tetap sama,” ujar Zainal.

Ini tentu saja memutus rantai distribusi yang selama ini sangat jauh. Selama ini, masyarakat harus menempuh perjalanan panjang selama dua hari menyusuri Sungai Kampar setelah membeli di SPBU Sorek atau APMS Bunut. Sebab, hanya ada jalur sungai dan berisiko jika dipaksakan dalam waktu cepat. Adapun jalur darat, lintas bono, baru selesai dikerjakan pada 2017. Jalur itu menghubungkan Pangkalankerinci, ibu kota Kabupaten Pelalawan ke Teluk Meranti, lewat simpang Bunut. Waktu tempuhnya 4-5 jam dengan mobil berkecepatan 60-80 km per jam. Tapi untuk menuju Labuhan Bilik dari Teluk Meranti tetap harus kembali menempuh jalur perairan Sungai Kampar dan tantangan bono.

Sebagai catatan, jalan lintas bono ini dibangun, selain untuk masyarakat, juga untuk kepentingan pariwisata, yakni wisata bekudo bono atau berselancar. Banyak peselancar kawakan dari luar negeri yang mengincar bono Kuala Kampar sebagai tantangan. Sebab, bono ini memiliki gelombang yang panjang dan konsisten, bahkan bisa hingga dua jam. Anak-anak dan remaja Teluk Meranti dan Kuala Kampar pun sudah mulai banyak yang berselancar ria. Selain untuk kepentingan pariwisata itu, jalur darat lintas bono tentu juga digunakan masyarakat sekitar.

“Yang jelas ini telah memutus rantai distribusi yang panjang. Masyarakat sangat senang,” ujarnya.

Satu-satunya di Riau

Sales Eksekutif Retail XI Pertamina Wilayah Riau, Angga Yudiwinata Putra, menyebutkan, semua biaya distribusi BBM dari Pekanbaru ke Labuhan Bilik menjadi tanggung jawab Pertamina. Angkanya mencapai Rp600 hingga Rp800 per liter. Biaya distribusi ini masih relatif tidak terlalu besar dibandingkan beberapa daerah lebih sulit di Indonesia.

"Di Malinau, Kalimantan Utara ada yang mencapai Rp36 ribu per liter karena harus menggunakan pesawat. Tidak ada moda transportasi lainnya. Tak ada jalan darat kecuali dari Malaysia," ujar Angga yang pernah bertugas di Kalimantan Timur ini.

Kementerian ESDM memang memiliki program BBM satu harga di Tanah Air, khususnya di wilayah 3T. Kementerian ESDM menggandeng Pertamina. Dari Riau, baru SPBU Kompak Labuhan Bilik yang segera diluncurkan peresmiannya pada 8 November 2018. Sebenarnya, cukup banyak wilayah sulit yang masuk kategori 3T di Riau, terutama di kawasan pesisir Riau. Misalnya Rupat, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Inhil, termasuk pesisir Kabupaten Pelalawan. Akan tetapi di beberapa kawasan itu sudah ada APMS (agen premium dan minyak solar) sejak lama.

"Ada rencana tambahan di Inhil. Masih penjajakan. Sementara untuk Riau baru satu di Labuhan Bilik ini," ujarnya.

Untuk tahap awal, Pertamina memberikan kuota kecil kepada SPBU Kompak Labuhan Bilik ini. Hal ini seiring dengan kebutuhan pasar dan warga sekitar. Ini juga untuk bahan evaluasi bagi Pertamina. Sebab, semuanya dihitung, stok awal hingga stok akhir dan berapa pemakaiannya. Dikalkulasi juga kapal motor, sepeda motor, atau kendaraan lain yang akan mengisi BBM di sana. Tentu yang berhak mendapatkan BBM subsidi itu yang boleh. Semuanya akan diaudit oleh BPK.

"Kalau dari hasil monitoring layak ditambah, maka bisa ditambah," ujar Angga.

Tak hanya itu, seraya berjalannya waktu, pihak Pertamina juga akan melakukan evaluasi terkait bahan bakar lainnya yakni elpiji. Banyak SPBU yang juga difungsikan sebagai agen elpiji dan itu tak tertutup kemungkinan akan diberlakukan pada SPBU Kompak Labuhan Bilik. Dengan beroperasinya SPBU Kompak Labuhan Bilik ini, maka di Riau sudah ada 157 SPBU, 47 APMS, dan empat SPBU nelayan.

Camat Teluk Meranti Tengku Syafril menyambut baik pembukaan SPBU Labuhan Bilik ini. SPBU ini tentunya dinantikan masyarakat karena sangat penting bagi urat nadi perekonomian warga. Dengan adanya SPBU yang melayani dua kecamatan, yakni Teluk Meranti dan Kuala Kampar, ada jaminan stok dan harga yang sama. Terobosan Pertamina ini dinilai luar biasa karena mampu menembus wilayah sulit dan berat yang tak diperkirakan sebelumnya.

"Masyarakat mengapresiasi dan senang sekali," ujar Tengku Syafril.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook