PERTAMBANGAN

Investasi WK Rokan Perlu Rp42 Triliun

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 30 November 2021 - 13:27 WIB

Investasi WK Rokan Perlu Rp42 Triliun
Wakil Menteri BUMN Pahala N. Mansury ketika mengunjungi salah satu fasilitas produksi PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan di Minas, Kabupaten SIak, Riau, pada Senin (29/11/2021). (HUMAS PHR ROKAN UNTUK RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Wilayah Kerja (WK) Rokan di Riau memiliki nilai strategis bagi ketahanan energi dan perekonomian nasional. Karena itu, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap kinerja WK migas yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) tersebut. 

’’WK Rokan menjadi value contributor (penyumbang nilai, Red.) yang sangat penting bagi negara. Kami berharap rencana investasi PHR di WK Rokan beberapa tahun mendatang dapat diwujudkan,” ungkap Wakil Menteri (Wamen) BUMN Pahala


Mansury dalam kunjungannya ke wilayah operasi WK Rokan pada Senin (29/11/2021). 
Pahala juga mengapresiasi komitmen dan kerja keras para pekerja di WK Rokan.

”Terima kasih kepada rekan-rekan yang berupaya memastikan dan menjalankan alih kelola dengan baik, bahkan mampu meningkatkan produksi,” ungkap Pahala yang juga menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama Pertamina.

Kunjungan Wamen BUMN ke WK Rokan disambut langsung oleh Dirut Subholding Upstream Pertamina Budiman Parhusip, Dirut PHR Jaffee A. Suardin, dan jajaran manajemen PHR WK Rokan. Mereka meninjau fasilitas Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC) yang berlokasi di Minas, Kabupaten Siak.

”Selain penting bagi ketahanan energi nasional, rencana kerja WK Rokan yang masif dan agresif turut mendukung pencapaian SHU,” tutur Budiman Parhusip. 

PHR WK Rokan diperkirakan membutuhkan investasi sekitar US$ 3 miliar (sekitar Rp 42 triliun) dalam lima tahun pertama pasca alih kelola. Rencana program yang dijalankan meliputi, antara lain, pengeboran sumur baru, kerja ulang (workover), optimasi injeksi air (waterflood) dan injeksi uap (steamflood), serta chemical enhanced oil recovery (CEOR).

Dirut PHR Jaffee A Suardin memaparkan tentang pencapaian WK Rokan pasca alih kelola, perkembangan program pengeboran, rencana jangka panjang menuju produksi 300 ribu BOPD (barel per hari), dan berbagai metode pengembangan sumur untuk peningkatan produksi. Selain itu, dia mendiskusikan penerapan digitalisasi di WK Rokan melalui keberadaan fasilitas IODSC. Termasuk perluasan penerapan digitalisasi WK Rokan ke wilayah kerja hulu migas Pertamina lainnya, yakni di Jambi Merang dan Prabumulih, sebagai tahap awal. 

IODSC merupakan pusat kegiatan digitalisasi WK Rokan. Fasilitas ini merupakan sumber informasi atau 'big data' berkaitan dengan aktivitas sumur dan peralatan di lapangan. Setiap hari ada sekitar 4.000 hingga 5.000 data sumur yang masuk. Data tersebut diolah agar menjadi informasi berharga yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Penerapan digitalisasi di WK Rokan setidaknya memberikan empat manfaat utama, yakni peningkatan kinerja keselamatan; penurunan signifikan dari potensi kehilangan produksi / LPO hingga sekitar 40 persen; optimalisasi kemampuan fasilitas produksi; dan peningkatan efisiensi.

WK Rokan menyumbangkan hampir 25 persen produksi minyak nasional. Produksi WK Rokan sekitar 162 ribu BOPD (barel minyak per hari), atau naik 4 ribu BOPD dibandingkan sebelum alih kelola yang berada di kisaran 158 ribu BOPD. Operasi WK Rokan saat ini didukung oleh sekitar 2.700 pegawai tetap dan lebih dari 22 ribu pegawai mitra kerja. Masing-masing sekitar 65 persen dan 85 persen di antaranya merupakan warga lokal Riau.

Untuk program pengeboran, PHR WK Rokan telah berhasil mengebor lebih dari 100 sumur dengan nihil kecelakaan fatal dan hanya dalam kurun sekitar tiga setengah bulan setelah alih kelola WK Rokan pada 9 Agustus 2021 lalu. Saat ini PHR WK Rokan mengoperasikan 17 rig pengeboran.

 

Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)

Editor: E Sulaiman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook