PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Berlokasi di Function Hall lantai 6, Sabtu (27/4) RS Prima Pekanbaru menggelar seminar bertajuk Awam Gagal Jantung. Ratusan peserta terlihat antusias mengikuti seminar yang menghadirkan narasumber berkompeten seperti dr Lia Valentina SpJP FIHA.
Direktur RS Prima Pekanbaru dr Irana Oktavia MKes mengatakan, selain mengadakan seminar awam RS Prima Pekanbaru meresmikan Klinik Gagal Jantung yang pertama untuk rumah sakit tipe C dengan fasilitas kesehatan yang konfrehensif.
Dari data yang masuk dari Rumah Sakit Prima yang melayani pelayanan kesehatan fasilitas Umum, BPJS, dan juga Perusahaan terdapat puluhan pasien yang menderita penyakit gagal jantung dan setiap tahunnya terus bertambah.
Itu sebabnya, RS Prima Pekanbaru berinisiatif untuk memberikan layanan yang lebih prima bagi pasiennya dengan layanan terbaru Klinik Gagal Jantung.
“Di Klinik Gagal Jantung ini layanan kesehatannya sangat konprehensif baik dari layanan terapi, hingga saran dengan pelatihan senam jantung, dokter rehab medis, dan juga komunitas jantung RS Prima Pekanbaru,” ucapnya.
Dokter Irana berharap dengan adanya kegiatan ini RS Prima Pekanbaru dapat berkontribusi untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Kota Pekanbaru dan Riau Umumnya.
Sementara itu, dr Lia Valentina SpJP- FIHA mengatakan, terdapat banyak cara untuk mengetahui diagnosis gagal jantung, seperti berupa adanya tanda dan gejala gagal jantung pada seseorang yang melengkapi data penunjang seperti, pemerikasan rekam jantung, dan juga adanya kekelahan.
Meskipun begitu, pasien gagal jantung juga dapat melakukan cara pencegahan seperti, banyak gerak, berolahraga, berhenti merokok, catat semua perubahan fisik, dan juga pisikis, pantau berat badan bila secara mendadak naik itu bukan berarti lemak tapi air yang dapat membahayakan jantung.
“Semua pasien gagal jantung harus mengawasi pola makan seperti memperbanyak buah, sayur dan mengawasi konsumsi garam yang berlebihan,” ucapnya.
Selain itu, metabolisme gagal jantung sangat tinggi tapi juga memiliki gangguan pada pencermaan, sehingga batasan asupan hanya 1200-2400 mg/perhari, menahan cairan tubuh, dan rendah natrium.
Penulis: Prapti Dwi Lestari
Editor: Eko Faizin