KUNJUNGAN MENDAG

Inilah Tiga Permintaan ke Mendag AS yang Diajukan Indonesia

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 27 Juli 2018 - 17:30 WIB

Inilah Tiga Permintaan ke Mendag AS yang Diajukan Indonesia
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita beserta jajaran akhirnya bertemu dengan Menteri Perdagangan Wilbur Ross dalam rangkaian kunjungan kerja ke Amerika Serikat.

Dalam pertemuan yang berlangsung pada Selasa (24/7/2018) kemarin, ada tiga hal yang diajukan pemerinta. Pertama, soal fasilitas Generalyzed System of Preferences (GSP) yang sedang diteliti oleh pemerintah Amerika.
Baca Juga :Terus Matangkan Skuad, Tiga Pemain Belum Bergabung

Mendag meminta dukungan penuh dari Menteri Ross agar Indonesia tetap mendapatkan fasilitas GSP setelah Pemerintah AS meninjau ulang Indonesia sebagai negara penerima GSP.

Kedua, politikus Nasdem itu meminta Pemerintah AS mengecualikan Indonesia dari pemberlakuan kenaikan tarif impor produk besi baja dan aluminium.

"Produk besi baja dan aluminium dari Indonesia bukanlah pesaing produk lokal di AS. Besi baja dan aluminium produksi Indonesia berbeda dengan diproduksi di AS dan pangsa pasarnya berbeda,” ujarnya di Washington DC melalui keterangan resmi, Jumat (27/7/2018).

Terkait permintaan pengecualian dari pengenaan tarif impor produk-produk baja dan aluminium, Menteri Ross menyatakan pertimbangan positif akan diberikan jika produk Indonesia tersebut spesifik dan tidak diproduksi oleh industri dalam negeri AS.

Ketiga, menyusun peta jalan untuk mewujudkan peningkatan perdagangan antara dua negara. Adapun Enggar menyebut target peningkatan perdagangan RI dan AS harus dibarengi dengan sebuah peta jalan yang penyusunannya harus melibatkan pihak swasta kedua negara.

"Kami mengusulkan target perdagangan USD 50 miliar, dan Menteri Ross menyambut ajakan tersebut secara positif," jelasnya.

Di samping membahas peningkatan target Indonesia–AS, Mendag mengajak Menteri Ross berdiskusi tentang akses pasar perdagangan barang dan jasa, investasi di Indonesia, hingga isu pertanian, perdagangan digital, dan layanan finansial.

Adapun isu-isu pertanian seperti kedelai, hortikultura, dan produk susu turut dibahas. Keduanya pun membahas kebijakan maritim baru AS, yakni seafood import monitoring program (SIMP) agar tidak memengaruhi akses perikanan Indonesia ke pasar AS.

Diketahui, total nilai perdagangan Indonesia dengan AS mencapai USD 25,9 miliar di 2017. Dari jumlah itu, ekspor Indonesia mencapai USD 17,79 miliar dan impor Indonesia sebesar USD 8,12 miliar, sehingga neraca perdagangan Indonesia terhadap AS surplus USD 9,67 miliar. (ce1/uji)

Sumber: JPG

Editor: Boy Riza Utama









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook