JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sejak awal tahun, harga saham Tesla turun signifikan. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh keputusan baru-baru ini yang dibuat oleh CEO mereka yakni Elon Musk yang kala itu menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Twitter. Namun, pembelian Twitter tidak dapat menjelaskan penurunan kapitalisasi tersebut.
Dilansir dari Forbes via Gizchina, harga saham Tesla turun ke level terendah baru dalam 52 minggu terakhir sekitar USD 121 (berkisar Rp 1,7 jutaan) per saham pada akhir pekan lalu. Angka tersebut dilaporkan terjun bebas karena Tesla diketahui pernah mencapai puncak harga sahamnya di angka sekitar USD 400 (berkisar Rp 6,2 jutaan) pada awal tahun tidak beda jauh dengan titik tertinggi yang pernah dicapainya di awal tahun 2021 lalu.
Akibatnya, selama setahun terakhir, kapitalisasi pasar Tesla turun lebih dari 70 persen. Sejak orang Prancis Bernard Arnault, CEO LVMH, mengambil alih Elon Musk musim gugur ini, dia kehilangan gelarnya sebagai orang terkaya di dunia untuk sementara. Oleh karena itu, apa yang menyebabkan penurunan nilai perusahaan ini?
Investor di Tesla Tidak Menyukai Pembelian Twitter
Seperti sudah disinggung di atas, nilai pasar atau valuasi Tesla telah menurun sejak pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk diumumkan. Untuk membayar akuisisi Twitter, Musk menjual saham Tesla senilai miliaran dolar.
Investor Tesla tampaknya tidak terlalu menyukai Elon Musk yang sering menerbitkan tweet kontrovesial sejak mengambil kendali bisnis jejaring sosial tersebut. Kabarnya, banyak investor beralasan dan berpikir bahwa pendekatan manajemen Elon Musk di Twitter tidak terorganisir dan berdampak pada perusahaannya yang lain.
Banyak karyawan Tesla mengklaim bahwa kepemimpinan Elon Musk yang semakin tidak terduga di Twitter merugikan angka penjualan pembuat mobil tersebut. Selain itu, investor juga dikabarkan khawatir penjualan dan perkiraan laba Tesla memburuk selama beberapa minggu dari sekarang.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, keadaan ekonomi dunia menjadi penyebab utama penurunan saham Tesla. Pembuat mobil secara tidak proporsional dirugikan oleh kenaikan suku bunga Fed karena sebagian besar pelanggan mereka membiayai atau menyewakan kendaraan mereka.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman