JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pelemahan masih dialami nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meski suku bunga sudah dinaikkan hingga 100 basis poin (bps), dampak dari kebijakan tersebut belum terasa.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, pelemahan Rupiah juga diakibatkan karena Cina sengaja melemahkan mata uangnya. Hal itu dilakukan Cina saat mereka resmi menyatakan perang dagang dengan AS.
"Kami melihat pelemahan mata uang di regional itu kan masih berjalan walaupun makin kecil-kecil perubahannya. Tapi kalau kami lihat pelemahan rupiah 6,5 bulan terakhir sebetulnya kita pelemahannya 6,9 persen. Tiongkok (Cina, red) itu ternyata tadinya tidak terlalu melemah, tapi dua bulan terakhir pelemahannya 5 persen, dua bulan terakhir masuk periode trade war," katanya di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (25/7/2018).
"Jadi, kelihatannya Tiongkok (Cina, red) dalam menghadapi trade war itu mengambil langkah memang membiarkan mata uangnya melemah karena dia ingin supaya, saya kira supaya ekspornya lebih murah di mana-mana. Tapi kan negara lain ikut melemah kecuali Amerika Serikat," jelasnya.
"Ini semua kemudian perubahan-perubahan kurs mata uang berbagai negara itu bergerak. Bahkan saya lihat Malaysia yang tadinya tidak terlalu terpengaruh mata uangnya, beberapa minggu terakhir cukup terpengaruh," tandasnya. (hap)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama