KEUANGAN

Kredit 2023 Diprediksi Tumbuh, tapi Melambat

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 24 Januari 2023 - 16:20 WIB

Kredit 2023 Diprediksi Tumbuh, tapi Melambat
ILUSTRASI (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Survei perbankan Bank Indonesia (BI) mengindikasikan penyaluran kredit baru pada kuartal IV 2022 tumbuh positif. Selain itu, kebijakan penyaluran kredit pada tiga bulan pertama 2023 diperkirakan sedikit lebih longgar dibandingkan periode sebelumnya. Sejalan dengan ekspektasi perlambatan ekonomi.

Dalam survei perbankan BI per 20 Januari, Nilai saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru kuartal IV 2022 sebesar 86,3 persen. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tiga bulan sebelumnya yang tercatat 88,1 persen.


“Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru terjadi pada seluruh jenis kredit. Perlambatan terjadi pada jenis kredit modal kerja dan kredit investasi,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.

Kebijakan penyaluran kredit pada kuartal I 2023 diperkirakan sedikit lebih longgar. Terindikasi dari index lending standard (ILS) bernilai negatif. Yakni, minus 0,5 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 0 persen.

“Standar penyaluran kredit yang lebih longgar terjadi terutama pada jenis kredit modal kerja dan KPR. Sementara itu, kebijakan penyaluran kredit diperkirakan lebih longgar terutama pada aspek jangka waktu dan biaya persetujuan kredit,” jelas Erwin.

Meski demikian, responden memperkirakan outstanding kredit sampai akhir 2023 akan tumbuh 8,9 persen year-on-year (YoY). “Walaupun tidak setinggi realisasi pertumbuhan kredit pada 2022 sebesar 11,2 persen YoY, itu lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan pada 2021 sebesar 5,2 persen,” imbuhnya.

Sementara itu, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede memproyeksikan kredit perbankan masih akan tumbuh positif. Meskipun lebih lambat dibandingkan dengan 2022. “Pada 2023, pertumbuhan kredit kami perkirakan sebesar 8–9 persen YoY (year-on-year). Lebih rendah dibandingkan perkiraan tahun ini di level 11 persen YoY,” ujarnya kepada Jawa Pos.

Hal itu sejalan dengan ekspektasi melambatnya permintaan kredit akibat dari kenaikan suku bunga bank sentral. Serta, melambatnya perekonomian global dan domestik.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook