BOGOR (RIAUPOS.CO) - Nilai ekspor Indonesia terus tumbuh meski dalam kondisi pandemi. Pasar global pun mulai bergairah seiring dengan melandainya kasus Covid-19. Melihat itu, Presiden Joko Widodo meminta daerah mempermudah investasi sekaligus menggali potensi wilayah.
Nilai ekspor Indonesia selama periode Januari hingga Agustus 2021 mencapai 142 miliar dolar AS atau tumbuh 37,7 persen year-on-year (YoY). Jokowi meminta daerah memanfaatkan pertumbuhan ekspor tersebut dengan sebaik-baiknya. "Hampir semua negara sekarang ini membutuhkan komoditas-komoditas," ujarnya saat membuka Apkasi Otonomi Expo 2021 di Istana Kepresidenan Bogor.
Presiden meminta para kepala daerah meningkatkan volume ekspor dengan memfasilitasi para pelaku usaha untuk agresif memanfaatkan peluang. "Produk apa pun didorong untuk berani berkompetisi memanfaatkan peluang ekspor yang ada. Dengan begitu, produk kita dikenal dan kompetitif di pasar global," jelasnya.
Presiden meminta daerah memiliki unggulan masing-masing. Tidak perlu latah meniru daerah lain. Dia mencontohkan, ketika ramai kelapa sawit, banyak daerah yang menanamnya. Akibatnya, ketika harga sawit merosot, banyak daerah yang terdampak. "Daerah sebaiknya berfokus pada produk unggulannya," tuturnya.
Dia meminta daerah mengenali potensinya, bukan mengerjakan semua hal. Diharapkan, ketika ada satu komoditas yang harganya anjlok, daerah lain yang komoditasnya masih bagus dapat menopangnya. Jadi, keuangan negara masih tetap bergerak.
Ketua Umum Apkasi Sutan Riska Tuanku Kerajaan menyebutkan, dalam expo kali ini, ada lima sektor utama ekspor yang dipamerkan. Yakni, pakan ternak, produksi perikanan tangkap dan budi daya, pembangkit listrik tenaga mikrohidro, agrowisata, serta indutri hilir kelapa sawit dan karet. "Pada penutupannya, akan dilakukan temu bisnis antara perwakilan pemerintah kabupaten dan calon investor secara virtual," katanya.
Bicara mengenai kinerja ekspor Indonesia, selama 17 bulan terakhir, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Pada Agustus lalu, Indonesia mencatatkan surplus tertinggi, yaitu 4,7 miliar dolar AS. "Rekor nilai ekspor tertinggi per bulan dalam sejarah Indonesia adalah 21,43 miliar dolar AS," ungkap Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, Kamis (21/10).
Meski demikian, Mendag menegaskan bahwa tantangan perdagangan global selama pandemi ini belum selesai. Menurut dia, krisis yang disebabkan persebaran Covid-19 masih berpotensi terjadi. "Ancaman krisis energi, krisis pangan, persaingan era digital, kenaikan harga komoditas, perubahan global supply chain, serta isu lingkungan dan perubahan iklim juga menjadi tantangan baru yang perlu diwaspadai," tuturnya.
Salah satu strategi untuk mengungkit daya saing perdagangan Indonesia adalah melakukan konversi ekspor dari bahan mentah ke barang jadi. "Peningkatan akses pasar di negara mitra juga terus dilakukan Kemendag untuk terus mendukung pertumbuhan ekspor nonmigas," ujarnya.(lyn/agf/c14/dio/das)
Laporan JPG, Bogor