TKDN di Masela Capai Rp 73 Triliun, Industri Nasional Diajak Terlibat

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 20 Desember 2019 - 04:23 WIB

TKDN di Masela Capai Rp 73 Triliun, Industri Nasional Diajak Terlibat

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pelaku industri penunjang hulu minyak dan gas bumi (migas) dalam negeri diajak terlibat dalam Proyek Strategis Nasional LNG Abadi, Wilayah Kerja Masela. Sebab, saat ini Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama INPEX sedang berupaya meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di proyek-proyek migas.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, pemerintah bersama SKK Migas terus mendorong peningkatan kapasitas, kemampuan vendor, dan tenaga kerja Indonesia sesuai standar yang diperlukan proyek LNG Abadi. Menurut Dwi, proyek ini adalah kesempatan emas bagi Indonesa untuk membangun kapasitas nasional dan kemampuannya di laut dalam.


"Karena di masa mendatang potensi cadangan migas akan bergeser ke laut dalam," katanya dalam siaran pers Kamis (19/12).

Mantan bos Pertamina itu yakin, proyek lapangan abadi Masela mampu mendorong efek domino di tingkat nasional maupun daerah. Dampak proyek ini akan terlihat mulai dari fase konstruksi sekitar 2-3 tahun lagi.

"Ini merupakan efek berganda nyata yang akan segera terwujud," tuturnya.

Penguatan kemampuan perusahaan daerah dan masyarakat lokal menjadi salah satu program yang disiapkan oleh INPEX bersama SKK Migas. Sehingga, proyek LNG Abadi ini benar-benar memberikan dampak ekonomi dan kesejahteraan di wilayah kerja Masela di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Provinsi Maluku.

Upaya yang dilakukan antara lain melalui fasilitasi kerja sama antara kontraktor nasional dan vendor daerah, bantuan kepada Pemda dalam menyiapkan tenaga kerja setempat sesuai kualifikasi proyek LNG Abadi dan dalam mengembangkan vendor setempat.

Dwi menambahkan, program-program tersebut akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait. Di antaranya, vendor dari industri penunjang hulu migas, BUMN, lembaga perbankan dan pembiayaan lainnya, Pemda, dan calon tenaga kerja.

"Sehingga saya optimistis 2-3 tahun lagi kapasitas nasional dari vendor maupun tenaga kerja Indonesia akan mampu memenuhi standar kebutuhan proyek LNG Abadi serta target TKDN di proyek LNG Abadi dapat tercapai," ucap Dwi.

Berdasarkan perhitungan SKK Migas yang juga telah disepakati dalam dokumen Plan of Development (POD), pemanfaatan TKDN proyek LNG Abadi akan mencapai 26,62 persen. Dengan nilai proyek pembangunan sekitar USD 19,8 miliar, maka akan ada potensi sebesar USD 5,27 miliar atau setara dengan sekitar Rp 73 triliun belanja barang/jasa di dalam negeri.

"Ini adalah jumlah yang sangat besar, dan salah satu wujud nyata kontribusi hulu migas dalam membangun perekonomian Indonesia," imbuhnya.

TKDN ini dapat berupa kebutuhan berbagai barang dan jasa yang telah tersedia di dalam negeri dan mampu memenuhi kebutuhan fase konstruksi dan produksi proyek LNG Abadi. Itu antara lain terdiri dari kilang LNG darat, pipa bawah laut, fasilitas pengolahan gas lepas pantai, serta fasillitas sumur pemboran bawah laut.

Jika TKDN tersebut bisa disediakan oleh perusahaan dalam negeri, maka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia juga akan muncul. Selain dari TKDN, manfaat mega proyek LNG Abadi ini diproyeksikan lebih besar lagi.

Pada masa konstruksi hingga produksi proyek (asumsi 2022-2055 atau selama 33 tahun), akan tumbuh delapan sektor industri. Di antaranya yaitu perminyakan dan pertambangan, konstruksi, manufaktur, perhotelan dan restoran, kelistrikan dan gas hilir, pertanian dan perikanan, perbankan dan perumahan, serta transportasi dan komunikasi.

Manfaat ekonomi tersebut merupakan hasil studi efek berganda proyek LNG Abadi yang dilakukan LPEM Universitas Indonesia dan Universitas Pattimura pada 2018. Selama 33 tahun pula, tenaga kerja yang tumbuh diproyeksikan mencapai 73.195 orang.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook