JAKARTA (RIAUPOS.CO)- CEO Galaxy Property Kennard Nugraha menyebutkan, tren booming properti bakal berlaku tahun ini. Alasannya, siklus berputar setiap delapan tahun. Terakhir, booming industri perumahan terjadi pada 2014.
Namun, penghambat momen itu adalah gelombang pandemi Covid-19. Adanya varian baru membuat calon konsumen ragu melakukan pembelian. Hal itu membuat banyak pengembang harus menahan harga untuk bisa menggaet pasar. Tahun lalu rata-rata pengembang hanya menaikkan harga 5 persen. "Itu pun terpaksa karena harga bahan baku yang naik terlalu jauh," tuturnya.
Kennard menambahkan, tahun lalu banyak properti secondary (bekas) yang harganya terkoreksi pasar. Sebab, banyak pengusaha yang terpaksa melepas aset untuk menutup kerugian bisnis. Selain itu, beberapa masyarakat terpaksa menjual rumah karena PHK. "Pendorong penjualan agen seperti kami justru dari pasar secondary. Dari pasar tersebut, 60 persen merupakan investor," ucapnya.
Pada 2022, lanjut dia, kesempatan investasi masih terbuka. Meski ada beberapa faktor penghambat, Kennard yakin bahwa pada akhir tahun harga properti bakal naik 7 persen. Karena itu, dia menyarankan investor atau calon pembeli untuk segera membulatkan tekad di semester I tahun ini. "Sebab, pengembang akan menahan harga mereka selama enam bulan pertama. Salah satunya untuk mengakomodasi stimulus PPNDTP (pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah) yang masih berlanjut hingga Juni nanti," ucapnya.
Dia pun menyarankan investor yang ingin segera mendulang untung memilih rumah di bawah Rp1 miliar. Pasalnya, hunian tersebut yang bakal terserap dengan kondisi daya beli masyarakat saat ini. Selain itu, investor harus pandai memilih lokasi. Yang jelas, untuk pilihan di kawasan tier 1 seperti di Surabaya, stok rumah di bawah Rp1 miliar jarang. Lokasi yang diincar sebaiknya tier 2 seperti Sidoarjo dan Gresik. Bahkan, tier 3 seperti Mojokerto dan Pasuruan. "Apalagi ada pengembangan infrastruktur. Khususnya jalan tol yang membuat jarak makin dekat," ucapnya.
Investor, menurut dia, harus mencari properti di kawasan yang punya potensi pengembangan tinggi. Dengan demikian, capital gain yang mereka dapatkan jauh lebih tinggi.
Tren booming industri properti sejatinya sudah bermunculan pada akhir tahun lalu. Pengembang mengaku bahwa respons produk baru sangat tinggi. Mereka bahkan terpaksa menambah jumlah unit untuk mengakomodasi minat masyarakat.
Direktur Pemasaran Intiland untuk Surabaya Harto Laksono menyatakan, pihaknya berhasil menjual 259 unit di kawasan terbaru dalam sehari. Nilainya mencapai Rp318 miliar. "Seharusnya, kami hanya menjual 200 unit. Namun, karena terlalu banyak minat, akhirnya kami menambah satu blok baru lagi," paparnya.(jpg)