EKONOMI-BISNIS

PTPN V Lepas 1,1 Juta Bibit Sawit Unggul Secara Online

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 16 Februari 2021 - 09:50 WIB

PTPN V Lepas 1,1 Juta Bibit Sawit Unggul Secara Online
Petani sawit di Kabupaten Indragiri Hulu memperlihatkan bibit sawit unggul bersertifikat PTPN V yang dibeli melalui aplikasi Sawit Rakyat Online. (HUMAS PTPN V FOR RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- PT Perkebunan Nusantara V menargetkan menjual 1,1 juta bibit sawit unggul bersertifikasi kepada masyarakat pada 2021 ini. Proses penjualan dilakukan dengan sentuhan teknologi informasi berbasis android melalui aplikasi bernama Sawit Rakyat Online yang dapat diunduh di Play Store atau lewat laman web resmi perusahaan ptpn5.co.id.

"Untuk memudahkan masyarakat, kami siapkan aplikasi Sawit Rakyat Online. Dari total 1,5 juta bibit yang disiapkan, tahun ini kami targetkan 1,1 juta bibit terjual kepada petani, baik petani plasma maupun petani sawit swadaya melalui aplikasi tersebut," kata CEO PTPN V Jatmiko K. Santosa dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru, Senin (15/2).


Ia mengatakan bahwa persoalan ketersediaan bibit sawit menjadi atensi perusahaan perkebunan milik negara yang beroperasi di Bumi Lancang Kuning ini. Jatmiko memandang kendala bibit ilegitim (palsu) yang kerap melanda petani menjadi salah satu akar masalah dalam mengejar target pemerintah meningkatkan produktivitas sawit rakyat.

Survei Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menyebutkan para petani sawit masih kerap terjebak dengan keberadaan bibit sawit palsu. Ada sejumlah alasan yang membuat mereka terjebak, di antaranya 37 persen menjadi korban penipuan, 14 persen tergiur harga murah, 20 persen tidak mengetahui cara membeli benih yang legal.

Selain itu, 12 persen di antara petani terjebak penggunaan bibit palsu karena rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi, 10 persen tidak mengetahui lokasi pembelian benih legal, serta 4 persen petani menyatakan akibat jarak tempuh dari lahan sawit ke produsen benih legal yang cukup jauh.

"Guna mengatasi kendala-kendala itu, sejak awal 2021 dan untuk pertama kalinya dalam sejarah perusahaan berdiri, kami putuskan melepas bibit unggul yang selama ini hanya dipergunakan di kebun inti dan kebun plasma perusahaan, untuk juga dijual secara online kepada petani swadaya nonplasma," urai Jatmiko.

Dari aplikasi tersebut, petani atau calon petani dapat melihat langsung jenis bibit yang tersedia di masing-masing sentra pembibitan perusahaan.  Saat ini, terdapat dua varietas bibit unggul siap jual, yakni PPKS 540 serta PPKS Simalungun. Bibit itu tersedia di lima sentra pembibitan PTPN V diantaranya Air Molek, Tandun, Sungai Rokan, Lubuk Dalam, dan Tanah Putih. Seluruhnya bersertifikat.

Jatmiko meyakinkan bahwa aplikasi Sawit Rakyat Online yang dibuat oleh tim IT internal perusahaan dirancang untuk mudah diakses dan dipergunakan oleh petani ataupun calon petani kelapa sawit.

"Untuk daftarnya tidak perlu e-mail (surat elektronik). Cukup nomor telpon. Kami rancang mudah dan sesederhana mungkin dalam penggunaannya. Kalau mau beli bibit, siapapun petaninya harganya sama di seluruh sentra yakni Rp44.000 per bibit siap tanam. Tinggal pilih lokasi kami yang terdekat dengan pembeli," sebut Jatmiko lagi.

Selain kemudahan akses dan harga bibit yang kompetitif serta seragam, dalam aplikasi Sawit Rakyat Online juga menyediakan beragam informasi. Sejumlah fitur yang tersedia memudahkan petani  untuk mencari tahu tentang bagaimana budi daya sawit yang baik dan lestari.

Selain itu, ada info profil kebun-kebun plasma perusahaan, hingga ketersediaan fitur tanya jawab yang memberikan kesempatan petani atau calon petani sawit untuk melakukan chat atau percakapan dengan ahli perkebunan dari PTPN V.

"Keberadaan aplikasi ini sejatinya menjadi pelengkap atas berbagai upaya kami dalam menguatkan masyarakat khususnya para petani sawit yang telah dan akan menjalin kerjasama dengan perusahaan, termasuk petani swadaya. Harapannya, kami dapat mendukung program pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas, dimulai dari bibit yang jelas dan berkapasitas," urai Jatmiko.

Mengutip penelitian Gamal Institute, disebutkan bahwa pohon kelapa sawit yang bersumber dari kecambah palsu atau tidak murni, membutuhkan lebih dari 48 bulan bahkan 60 bulan lebih untuk bisa berbuah. Produktivitasnya juga rendah, yakni di bawah 20 Ton TBS/Ha/tahun dan cenderung terus menurun.

Sedangkan, bibit unggul kebanyakan berproduksi puncak di atas 20 Ton TBS/Ha/tahun dengan masa produksi yang stabil selama kurang lebih 10 tahun dengan berat tandan kelapa sawit unggul 8 sampai dengan 20 tahun antara 15 - 22,5 Kg dan jumlah tandan 10 - 15 tandan per pohon per tahun.

"Dengan pemeliharaan yang tepat, bibit unggul kita yang dibeli masyarakat seharusnya bisa mulai berbuah dengan waktu yang lebih awal dan memiliki produktivitas layaknya hasil kebun inti maupun plasma perusahaan. Saat ini, produktivitas kebun plasma kami sudah jauh di atas standar nasio­nal," ucapnya.(ifr)

Laporan ELVY CHANDRA, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook