Anjlok Emiten Penerbangan hanya Reaksi Sesaat

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 15 Mei 2019 - 11:47 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Anjloknya harga saham emiten penerbangan hanya reaksi sesaat dari investor. Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kemarin (14/5) turun 12 poin atau 2,93 persen menjadi Rp398 per saham. Penurunan ini selaras dengan turunnya Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang turun 64,19 poin atau 1,05 persen ke posisi 6071,20.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan penurunan tarif maskapai tidak akan signifikan, mengingat sebelumnya Tarif Batas Atas (TBA) nya sudah terlalu tinggi. Contohnya dalam TBA sebelumnya tarif rute Jakarta-Palembang sekitar Rp2,6  juta sekali jalan. Sementara range harga tiket saat ini di atas Rp800 ribu-Rp1 juta untuk kelas ekonomi.

Baca Juga :Inilah Janji Sir Jim Ratcliffe setelah Resmi Membeli 25 Persen Saham Manchester United

Jika TBA turun 16 persen menjadi sekitar Rp2,3 juta artinya tiket sekarang masih di bawah TBA. Menurutnya, kisruh laporan keuangan Garuda juga berdampak pada turunnya harga saham, namun tidak signifikan. “Kalau TBA nya tidak turun signifikan ya maskapai berkelit sudah mematuhi TBA. Regulasinya nggak berpengaruh apa-apa, kecuali turun 50-60 persen baru signifikan,” ungkapnya.

Turunnya harga saham emiten penerbangan lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal yang juga berdampak pada turunnya IHSG. Faktor yang meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan Cina, kenaikan tarif bea masuk bisa memperparah kinerja ekspor tahun ini, setelah ekspor Maret 2019 turun 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Ketidakpastian global dan domestik berimplikasi pada peningkatan aksi jual bersih investor asing sebesar Rp3,6 triliun sepekan terakhir,” ujarnya.

Kuartal dua merupakan musim bagi-bagi deviden perusahaan domestik. Secara seasional investor asing yang mendapat deviden akan mentransfer dalam bentuk dolar ke negara asalnya. Aliran dana ke luar ini akan berdampak pada pelamahan rupiah.

Sementara itu, senasib dengan IHSG, rupiah juga mengalami tekanan akibat perang dagang AS-Cina yang kembali memanas. Berdasarkan data Bloomberg, kemarin, rupiah ditutup melemah di level Rp14.434 per dolar AS. Mata uang garuda tersebut melemah 0,08 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya yakni Rp14.424 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di posisi Rp14.444 per dolar AS atau lebih rendah dibanding kemarin Rp14.362 per dolar AS.(nis/ken/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook