JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Himpunan Kawasan Industri (HKI) mencatat sejumlah sektor dominan menyerap lahan sebagai tempat produksi selama 2022. Investasi berkaitan dengan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) disebut ikut berkontribusi pada peningkatan permintaan lahan industri.
Ketua Umum HKI Sanny Iskandar mengatakan, seiring dengan meningkatnya investasi di bidang transformasi digital, serapan lahan kawasan industri juga banyak yang datang dari industri tersebut. Seperti perusahaan data center. Selain itu, pergudangan dan logistik membutuhkan tempat juga. ‘’Kondisi tersebut didorong oleh melonjaknya transaksi secara online, sehingga kebutuhan akan jasa logistik dan pergudangan pun kian meningkat,’’ ujarnya di Jakarta, Kamis (9/2).
HKI juga melihat, sejak beberapa tahun terakhir investasi pertambangan di luar Pulau Jawa semakin berkembang. Keadaan tersebut membuat para pengembang kawasan industri mulai beralih ke luar Pulau Jawa. Dengan demikian, akan terjadi pemerataan industri dan pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya bertumpu di Jawa.
Pengembangan ekosistem kendaraan listrik juga berdampak pada kenaikan penyerapan lahan industri pada tahun ini. Sanny memproyeksikan sampai 10 persen. ‘’Salah satu pemicu adalah semakin masifnya pengembangan kendaraan listrik di Indonesia pada tahun ini,’’ tuturnya.
HKI menilai, iklim investasi di kawasan industri akan dipengaruhi oleh tren industri dari waktu ke waktu. Menurut Sanny, setidaknya ada dua jenis sektor yang pertumbuhannya cukup pesat dan berpotensi terus bertumbuh pesat ke depan.
Pertama, industri yang berhubungan dengan transformasi digital dan berteknologi tinggi. Kedua, industri yang menerapkan ekonomi sirkular dengan transisi energi bersih. ‘’Penggunaan energi baru terbarukan sekarang sudah jadi tren. Ini mungkin gak terkait langsung dengan urusan penyerapan tenaga kerja. Namun, lebih ramah lingkungan, bagaimana suatu industri itu dibangun dengan proses yang lebih environmental friendly,’’ terangnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT SIER Didik Prasetyono mengatakan, penyerapan lahan di kawasan industri memang harus terus didorong. Untuk bisa mencetak pertumbuhan, pihaknya harus menggaet investor termasuk dari luar negeri. ’’Banyak sekali negara yang masih punya potensi tinggi. Baru saja kami mendapatkan kunjungan dari Bapak Zuhairi Misrawi, duta besar RI untuk Tunisia. Potensi investasi dari sana juga tinggi,’’ paparnya.
Tunisia sendiri terkenal dengan komoditas kurma dan zaitun. Sedangkan konsumsi kurma di Indonesia sebagai negara muslim terbesar juga cukup besar. Belum lagi, minyak zaitun yang sudah mendunia sebagai bahan kecantikan dan makanan.
Didik pun menyebut pihaknya tertarik untuk bisa menarik investor dari negara tersebut. Karena itu, dia mencari informasi bagaimana karakteristik pengusaha di sana. ’’Kami mencari tahu kira-kira bagaimana karakter investasi dan perdagangan yang Tunisia inginkan,’’ jelasnya.
Zuhairi menambahkan, kerja sama ekonomi dengan Tunisia di tengah efek Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina terus ditingkatkan. Tahun lalu, ekspor Indonesia ke negara tersebut menyentuh rekor angka 200 juta dolar AS. Langkah itu juga seiring dengan kembali dibahasnya Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) dan ditargetkan untuk dilakukan penandatanganan tahun ini.(agf/bil/c17/dio/jpg)