SURABAYA (RIAUPOS.CO) -- Pasar properti tahun ini diharapkan bisa tumbuh lebih baik. Berdasar laporan Bank Indonesia (BI), hingga kuartal III 2019, peningkatan penjualan properti residensial lebih didorong penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar. Sedangkan penjualan rumah tipe menengah masih terkontraksi.
Tahun ini, untuk memenuhi permintaan pasar, pengembang masih membutuhkan pembiayaan dari perbankan via KPR. Porsi pembiayaan pengembang dari perbankan pada kuartal III tahun lalu sekitar 26,87 persen atau masih didominasi dana internal pengembang yang porsinya mencapai 60,44 persen dari total pembiayaan. Sisanya, sekitar 9,83 persen, diisi sumber pembiayaan dari konsumen.
Suku bunga BI 7 days reverse repo rate (BI-7DRR) sudah menurun secara bertahap. Hal itu juga sudah mulai tertransmisi ke penurunan suku bunga kredit. Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan, pengembang akan semakin bergairah jika suku bunga lebih terjangkau. ”Kami berterima kasih kepada BI dan pemerintah yang sudah memberikan kelonggaran suku bunga, LTV (loan-to-value) dan juga berbagai perubahan PMK (peraturan menteri keuangan),” kata Totok pekan lalu.
Meski begitu, menurut Totok, hal yang tak kalah penting adalah mengimbangi berbagai pelonggaran yang ada dengan peningkatan daya beli masyarakat. Totok menilai, banyak masyarakat yang mengendapkan dananya di perbankan dalam bentuk tabungan maupun deposito. Juga, menempatkan dana pada reksa dana dan surat utang pemerintah.(jpg)