MONETER

Uang Asing Masuk, Rupiah Perkasa di Rp13.159 per Dolar AS

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 05 Maret 2016 - 01:34 WIB

Uang Asing Masuk, Rupiah Perkasa di Rp13.159 per Dolar AS
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Rupiah kembali mencatatkan penguatannya. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, derasnya aliran modal asing (capital inflow) membuat likuiditas valuta asing (valas) membaik sehingga rupiah pun menguat. ’’Beberapa hari terakhir rupiah menguat di atas 3 persen,’’ ujarnya Jumat (4/3/2016).

Data Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis BI menunjukkan, rupiah ditutup menguat 101 poin ke level Rp13.159 per dolar AS. Sepanjang pekan ini, rupiah sudah menguat 241 poin dibandingkan penutupan akhir pekan lalu (26/2/2016) yang masih di level Rp13.400 per dolar AS.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Jika dicermati, posisi Rp13.159 per dolar AS ini merupakan level terkuat yang berhasil dicapai rupiah sejak 22 Mei 2015. Ketika itu, rupiah ada di level Rp13.136 per dolar AS Setelah itu, selama lebih sembilan bulan, rupiah cenderung tertekan hingga menembus level terlemah Rp14.728 per dolar AS pada 29 September 2015 lalu. Lalu, berangsur menguat sepanjang akhir tahun lalu dan awan tahun ini.

Sementara itu, di pasar spot, rupiah sudah menguat lebih tajam. Data Bloomberg menunjukkan, rupiah ditutup menguat 100 poin ke posisi Rp13.131 per dolar AS. Bahkan, pada sesi perdagangan siang kemarin, rupiah sempat menembus level terkuat di Rp13.052 per dolar AS.

Di kawasan Asia Pasifik, mayoritas mata uang memang perkasa  terhadap dolar AS. Dari 13 mata uang utama, 10 di antaranya menguat. Penguatan terbesar dicapai won Korsel yang naik 0,94 persen, disusul rupiah 0,76 persen, dan dolar Singapura 0,57 persen. Sementara, tiga mata uang yang melemah adalah dolar Australia, dolar New Zealand, dan yen Jepang.

Menurut Agus, tren penguatan mata uang di kawasan Asia Pasifik terhadap dolar AS juga dipicu perkembangan ekonomi global yang dinilai kurang mengesankan. Sebaliknya, ekonomi di emerging markets atau negara-negara yang sedang tumbuh menunjukkan perbaikan. ’’Saat kita (Indonesia) membaik, recovery ekonomi global pelan sekali. Malah ada kecenderungan memburuk,’’ kata mantan dirut Bank Mandiri dan mantan menteri keuangan tersebut.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook