JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Aktivitas sektor industri manufaktur menggeliat hingga tutup 2021. Sejalan dengan meningkatnya produksi dan permintaan pasar ekspor. Hal itu tecermin dari capaian purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia. Merujuk survei IHS Markit pada Desember, tercatat 53,5 atau masih di atas level ekspansif (50).
"Kami mengapresiasi kepercayaan para pelaku industri manufaktur yang masih tinggi. Bahkan, mereka tetap optimistis pada tahun ini seiring dengan tekad pemerintah dalam menjalankan berbagai kebijakan strategis untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (3/1).
Agus menyampaikan, pihaknya fokus memacu hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri. Upaya itu telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional. Serta, konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional.
Pada Januari hingga November 2021, nilai ekspornya mencapai 160 miliar dolar AS atau 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka itu telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang 2020 sebesar 131 miliar dolar AS dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor pada 2019.
"Kenapa ekspor kita bisa naik setinggi itu? Salah satunya karena kita berani menghentikan ekspor raw material seperti bahan mentah dari minerba, yaitu nikel. Dari awalnya ekspor sekitar 1–2 miliar dolar AS, kini sudah hampir mencapai 21 miliar dolar AS. Oleh sebab itu, Bapak Presiden telah memberikan arahan untuk melanjutkan stop ekspor bauksit, tembaga, timah, dan lainnya, karena hilirisasi menjadi kunci dalam kenaikan ekspor kita," bebernya.
Menperin menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4,5–5 persen tahun ini. Economics Associate Director IHS Markit Jingyi Pan menambahkan, keseluruhan sentimen bertahan sangat positif dengan tingkat kepercayaan diri bisnis di atas rata-rata jangka panjang. Hal itu menunjukkan bahwa manufaktur Indonesia masih optimistis terhadap pertumbuhan produksi berkelanjutan selama periode 2022.
Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono mengatakan, penurunan indeks manufaktur di Desember dibanding November, 53,9, masih terbilang aman. Sebab, indeks masih di atas 50. Penurunan tersebut juga terjadi karena hambatan pasokan bahan baku, kendala ekspor karena kelangkaan kontainer. "Harapannya, 2022 ini industri manufaktur akan lebih baik, dengan harapan varian Omicron Covid-19 terkendali. Karena yang menentukan manufaktur adalah kondisi Covid-19," ujarnya.(agf/c17/dio/aga)
Laporan JPG, Jakarta