Biji Kakao Jembrana Bali Tembus Pasar Ekspor

Ekonomi-Bisnis | Minggu, 02 Januari 2022 - 11:53 WIB

Biji Kakao Jembrana Bali Tembus Pasar Ekspor
Salah seorang petani memetik buah kakao dari batang. (JPG)

DENPASAR (RIAUPOS.CO) - Aroma khas biji kakao merupakan salah satu keunikan yang dimiliki komoditas kakao Jembrana, Bali dibandingkan dengan kawasan lainnya di Indonesia. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mendukung lewat pendampingan kepada para petani kakao, dan anggota dan pengurus koperasi yang tergabung dalam Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS).

Ketua Koperasi KSS I Ketut Wiadnyana mengungkapkan, permasalahan penurunan tingkat menjadi permasalahan petani kakao di Jembrana, Bali. Penyebabnya, selama tahun 2021 terjadi perubahan iklim, terutama dampak dari fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan yang sangat tinggi.


“Kondisi itu mengakibatkan rontoknya bunga dan bakal buah yang layu karena curah yang tinggi dan kondisi kebun yang lembab,” ujarnya dalam keterangan yang diterima oleh Jawa Pos (Riau Pos Grup), Sabtu (1/1).

Akibatnya, volume biji kakao kering fermentasi yang dihasilkan mengalami penurunan sangat signifikan dari 48 ton di tahun 2020 ke posisi 24 ton di tahun 2021. Namun, hal tersebut tidak mematahkan semangat juang para petani dan pengurus Koperasi KSS untuk terus mencari potential buyer dari luar negeri.

Pada tahun 2021 Koperasi KSS berhasil melakukan ekspor ke sejumlah negara wilayah Eropa yaitu Belgia dan Belanda, Jepang, dan Amerika Serikat dengan total pengiriman mencapai 12,5 ton. Jika dibandingkan dengan sebelumnya pada tahun 2020, Koperasi KSS di tahun 2021 ini mendapatkan peluang untuk masuk ke pasar Amerika Serikat.

“Peluang bagi kami di Koperasi KSS untuk bisa masuk ke pasar Amerika dan sekaligus juga tantangan yang dihadapi oleh Koperasi antara lainnya berkaitan dengan adanya pemenuhan aturan Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Tapi kami bangga karena mampu menembus pasar Amerika di tengah kondisi pandemi seperti saat ini,” jelasnya.

Ketut mengungkapkan, untuk tahun 2022 pihaknya mentargetkan produksi biji kakao fermentasi kering mencapai 75 ton. Ada beberapa tujuan ekspor yang tengah dibidik , diantaranya ke Valrhona, Perancis. Agus Windiarto , Corporate Secretary LPEI mengungkapkan bahwa di tengah situasi pandemi, pihaknya melakukan pendampingan secara intensif terhadap Desa Devisa binaan untuk mencari solusi terhadap kendala yang mereka hadapi.“Semoga di tahun 2022 komoditas Indonesia dapat terus meningkatkan daya saing di pasar global,” pungkasnya.(jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook