MEDAN (RIAUPOS.CO) - Isu perubahan iklim (climate change) selalu santer di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Berbagai cara dilakukan untuk meminimalisir emisi karbon. Salah satunya Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang sejak 2020 mulai melakukan transisi energi dari energy fosil ke energi baru terbarukan (EBT).
Seperti dikatakan Sr Manager Operation Engineering PHR Erwin Sianturi saat menjadi narasumber pada diskusi panel low carbon pada kegiatan 2nd Northen Sumatra Forum (NSF) di Hotel Adimulia, Kamis (28/10) lalu. "Transisi energi adalah suatu keharusan. Saat ini, energi baru terbarukan (EBT) masih perintis dan skala studi," ujar Erwin.
Berbagai cara dilakukan saat ini. Salah satunya menjadikan PLTS menjadi sumber daya operasional. Erwin mengatakan ada perencanaan 25 MegaWatt, dari kebutuhan PHR sebanyak 400 MegaWatt.
Keperluan sumber daya operasional ini di PHR itu, untuk memenuhi wilayah kerja sebanyak 175 kilometer persegi di tujuh wilayah yakni Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Siak, Kampar, Pekanbaru dan Dumai. Erwin mengatakan di Riau, paparan sinar mataharinya tidak terlalu tinggi seperti Jawa dan Bali. Namun, sangat bagus untuk PLTS. "Tantangan yang kami hadapi adalah lahan. Sebab untuk 1 MegaWatt kami perlu 1 hektare. Namun, inilah bentuk komitmen kami akan transisi energi," tuturnya.
Implementasi PLTS di PHR WK Rokan Mendukung target pemerintah pada Paris Agreement untuk mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 serta mencapai net-zero emissions di tahun 2060 dengan medium term 29 persen-41 persen di tahun 2030.
Pertamina Hulu Rokan (PHR) mendukung inisiatif decarbonization dengan cara membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di WK Rokan. Lokasi dan kondisi geografik WK Rokan memiliki potensial photovoltaic power output yang mumpuni untuk instalasi PLTS.
"Studi terkait implementasi PLTS di WK Rokan, termasuk studi pemilihan lokasi dan studi terkait dampak penetrasi PLTS terhadap kestabilan sistem kelistrikan WK Rokan serta benefit analysis, telah kita dilakukan dan disimpulkan tidak mengganggu sistem kelistrikan WK Rokan," jelas Erwin.
Dari hasil survei lokasi di Duri, Dumai dan Rumbai didapatkan rekomendasi area pengembangan PLTS dengan potensi total luasan lahan mencapai 28.87 hektare yang mencukupi untuk pengembangan PLTS sebesar 25 MWp.
November 2021, lanjut Erwin, inisiasi implementasi PLTS WK Rokan, Januari-Maret dilakukan studi/kajian PLTS meliputi modeling, validasi, load flow, short circuit, frequency stability, protection, quasi dynamics, survey lokasi. Pada April 2022 dilakukukan diskusi making untuk persetujuan implementasi PLTS 25 MWp WK Rokan, April-Juni 2022 rekayasa desain dan komersialisasi penyelesaian proses DED dan pengadaan jasa PLTS, Agustus-sekarang dilakukan proses kontruksi PLTS 25 MWp Rokan Duri, Dumai dan Rumbai. target penyelesaian Duri (Q4 22), Dumai (Q1 23), Rumbai (Q2 23).
"Proses flow PLTS WK rokan 25 Mwp, perizinan meliputi Amdal, PBG, IUPTLS, SLO. Itu tahapan yang sudah kita lakukan untuk terwujudnya PLTS ini," beber Erwin.
Luas area PLTS seluruhnya 28,16 hektare dengan jumlah panel PV 64.000 panel terpasang dengan kapasitas 25 MWp. Investasi yang digelontorkan untuk proyek ini lebih kurang 20 juta dolar Amerika, diperkirakan energi yang dihasilkan 32,42 GWh per tahun.(hen)