Trader gas yang menikmati aliran gas dari Pertagas berdasar laporan resmi Pertagas itu di antaranya ialah PT Bayu Buana Gemilang-TS (di pasok 6.480 miliar British thermal unit (BBTU), PT Java Gas Indonesia (6.060 BBTU), PT Sadikun Niagamas Raya (5.239 BBTU), PT Surya Cipta Internusa (6.140 BBTU), PT Walinusa Energi (4.562 BBTU), PT Alamigas Mega Energy (147 BBTU), PT Dharma Pratama Sejati (394 BBTU), PT IGAS (1,26 BBTU), PT Trigas (25,77 BBTU), PT Ananta Virya (1,5 BBTU), PT Mutiara Energi (3.625 BBTU), dan PT Jabar Energi dipasok (516 BBTU).
Fahmy menegaskan, para pelaku usaha di industri migas tahu bahwa sebagian besar trader gas yang didukung Pertagas itu tidak memiliki infrastruktur, baik berupa pipa maupun infrastruktur pendukung lainnya.
“Jika BUMN Pertagas ini masih dikuasai pemburu rente, harga gas tidak akan pernah turun. Upaya pemerintah RI untuk memperkuat daya saing industri dengan dukungan energi yang efisien akan sulit terwujud,” kata Fahmi yang juga mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini.
