’’Malah kemarin kita struggle untuk minyak. Lifting enggak sesuai asumsi APBN. Sementara permintaan terus meningkat,’’ tuturnya. Lebih jauh, Sri Mulyani menyatakan bahwa bahan bakar alternatif biodiesiel 20 (B20) belum mampu menutup lubang impor di sektor migas yang begitu besar. Itu terbukti bahwa Pertamina diketahui masih lakukan impor migas yang begitu besar, meski B20 telah diperkenalkan ke masyarakat.
’’Nanti kita lihat apa yang terjadi. Misalnya, menunggu menteri ESDM atau menteri ekonomi dari sisi (migas) itu. Tapi memang ini kalau trade account kita defisit dengan situasi gonjang ganjing, ini akan nimbulkan risiko yang lebih tinggi bagi ekonomi kita,’’ tegasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan neraca perdagangan Indonesia April 2019 mengalami defisit 2,5 miliar dolar AS. BPS mencatat, nilai neraca impor Indonesia saat ini berada di angka 15,09 miliar dolar AS, sementara itu nilai neraca ekspor hanya sebesar 12,59 miliar dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan, defisit yang dialami pada bulan ini banyak dipengaruhi oleh defisit neraca migas yang sebesar 1,49 miliar dolar AS. Sedangkan pada nonmigasnya, defisit di angka 1,01 miliar dolar AS.
Secara akumulatif, sepanjang Januari-April 2019, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 2,65 miliar dolar AS. Defisit paling banyak disumbangkan oleh neraca migas yang mengalami defisit sebesar 2,76 miliar dolar AS.(igmanibrahim)