JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Neraca perdagangan Indonesia mengalami pelebaran defisit sampai ke angka 2,5 miliar dolar AS pada April 2019. Jika diakumulasi sejak awal tahun, neraca perdagangan nasional semakin melebar sebesar 2,65 miliar dolar AS.
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa defisit neraca perdagangan tersebut harus diwaspadai. Sebab, laju ekspor Indonesia terus mengalami penurunan bersamaan dengan meningkatnya impor pada April 2019 ini.
’’Walaupun impornya kontraksi, tapi ekspor kontraksinya juga lebih dalam lagi. Jadi ini faktor dari ekspor yang sebetulnya mengalami pelemahan. Kita juga harus waspada,’’ ujarnya Rabu (15/5/2019).
Berdasarkan data BPS, peningkatan neraca impor nasional 12,25 persen atau 15,10 miliar dolar AS banyak dipengaruhi oleh laju impor komponen migas yang naik sebesar 46,99 persen atau 714,6 juta dolar AS. Artinya, laju impor komponen migas seperti minyak mentah, hasil minyak dan gas memiliki andil menekan peningkatan angka impor nasional.
Namun menurut Sri, peningkatan impor sektor migas terus naik lantaran volume permintaan dari masyarakat meningkat setiap harinya. Pemerintah dinilai tidak bisa menekan permintaan masyarakat dalam sektor migas yang begitu besar.
’’Kita enggak bisa minta volume turun dengan pertumbuhan (ekonomi) di atas 5 persen. nggak mungkin permintaan terhadap energi itu turun. Jadi pasti akan meningkat,’’ tuturnya.
Di sisi lain, menurut Sri, pemerintah masih mempunyai pekerjaan rumah mengenai pembangunan sektor produksi migas nasional. Dia menyampaikan, produksi migas nasional masih stagnan.