JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Terus merosotnya harga minyak belum membuat pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Sesuai dengan aturan yang ditetapkan, harga baru mulai diterapkan pada 1 April. Hingga bulan keempat mendatang, harga BBM tidak bisa diturunkan kecuali kondisinya ekstrem.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Wiratmaja Puja menjelaskan, salah satu contoh kondisi ekstrem yang dimaksud adalah anjloknya terlalu dalam. Saat ini hal itu belum memengaruhi kriteria karena fluktuasi masih 28-33 dolar AS per barel.
’’Kami masih konsisten,’’ ujarnya dalam diskusi FPKS di gedung DPR Kamis (4/2/2016). Berdasar aturan, harga BBM tidak mengikuti harga pasar sepenuhnya. Jadi, masih ada campur tangan pemerintah untuk menentukan harga jual.
Selain itu, tambah dia, harga jual BBM di Indonesia tidak bisa dibandingkan begitu saja dengan negara tetangga seperti Malaysia. Sebab, bensin yang dikonsumsi hari ini tidak dibeli maupun dibuat kemarin, tetapi berasal dari pembelian Oktober, November, bahkan Desember 2015. "Kalau harga minyak saat ini turun, tiga bulan mendatang kita turun," kata Wiratmaja.
Dia sadar, sikap konsisten pemerintah rentan menuai cibiran. Apalagi, negara tetangga seolah mengiming-imingi BBM dengan harga lebih murah. Yang jelas, menurut dia, ada efek positif yang dirasakan dari sikap tersebut. Yakni, industri lebih stabil karena tidak selalu berhadapan dengan perubahan harga BBM. Juga soal demografis Indonesia yang mengharuskan distribusi BBM menggunakan berbagai moda transportasi. "Ada biaya tambahan distribusi karena kita negara maritim. Pertamina perlu diberi tambahan untuk deliver ke pulau kecil," jelasnya.
Wiratmaja mengungkapkan, gambaran perubahan harga setiap bulan sudah terlihat pada 2015. Saat kali pertama pemerintah mencabut subsidi premium, perubahan harga di pasaran begitu cepat. Akhirnya, pemerintah menilai situasi itu tidak baik karena tidak memberikan kepastian.
Di luar itu, dia menegaskan bahwa Kementerian ESDM bersiap membangun storage di Indonesia Timur. Jumlahnya mencapai 25 penyimpanan dengan anggaran Rp82,58 triliun. Berdirinya kilang diharapkan bisa menekan harga BBM di kawasan Indonesia Timur. Selama ini harga mahal karena tingginya ongkos distribusi.