JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Produsen serat viscose-rayon terintegrasi pertama di Indonesia Asia Pacific Rayon (APR) memberikan kontribusi positif di kancah internasional. Ini terlihat dengan mendukung pengembangan serta daya saing industri tekstil dan fashion dalam negeri di kancah internasional, seperti Turki, Pakistan, Bangladesh, dan Vietnam.
Melalui acara bertajuk ‘Revitalizing Indonesia Textile Industry; Plantation to Fashion’ yang digelar akhir pekan lalu di Grand Mercure Hotel Jakarta, APR menunjukkan eksistensinya sebagai pelaku industri yang mengutamakan aspek berkelanjutan. Serta menerapkan quality control terbaik dalam proses produksi.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai dengan hadirnya APR sebagai produsen serat viscose-rayon memberikan dampak yang sangat positif dalam mengurangi ketergantungan impor bahan baku mentah saat ini sekaligus memperkaya industri tekstil Indonesia. Hal ini juga secara tidak langsung membantu dalam menyerap tenaga kerja lokal untuk pengembangan industri tekstil.
“Operasional APR juga sejalan dengan agenda pemerintah, yakni memprioritaskan pengembangan industri tekstil untuk mencapai Making Indonesia 4.0,” ujar Airlangga.
Menanggapi pernyataan Airlangga dalam acara jamuan makan malam yang juga dihadiri antara lain oleh Ketua Umum Indonesia Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma, sebagai salah satu pelanggan APR yang juga mewakili sektor tekstil dan desain Indonesia. Sementara itu Direktur APR, Basrie Kamba, menyampaikan bahwa APR telah memulai produksi dan dalam tahap untuk berkembang menjadi produsen viscose- rayon fibre terintegrasi terbesar di dunia.
“Saya ingin menegaskan kembali dukungan kami terhadap aspirasi Indonesia untuk mengembangkan industri tekstil secara strategis dan dapat bersaing secara global,” ujar Basrie. “Saya melihat hal ini sebagai awal dari era baru untuk industri tekstil. Salah satu tujuan utama kami adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendukung industri tekstil berinovasi serta memberikan multiplier effect. Termasuk untuk pengembangan UMKM,” tambahnya.
Pengembangan bisnis viscose rayon APR didirikan dengan investasi lebih dari Rp10,9 triliun (740 juta dolar AS), fasilitas produksi baru APR yang berbasis di Riau ini memiliki kapasitas 240.000 ton dan telah berkomitmen untuk mengekspor sedikitnya 50 persen dari hasil serat viscose-rayon mereka, di mana sisanya ditargetkan untuk produksi dalam negeri.
Pasokan APR berasal dari hutan tanaman industri yang dikelola secara berkelanjutan, di mana dissolving pulp yang dikonsumsi dapat dilacak secara keseluruhan dan memiliki sertifikasi internasional. Hal ini sesuai dengan kepentingan untuk berproduksi secara berkelanjutan untuk pengembangan industri. Selain itu secara komposisi dan pembuatan, Viscose Rayon APR memiliki perbedaan dengan produk tekstil lainnya. Viscose rayon berasal dari selulosa akasia, lebih mudah menyerap zat warna, lebih lembut dan tentunya ramah lingkungan.(rio/ifr)