(RIAUPOS.CO) - Para pemuda suku Sakai di Bengkalis menampilkan persembahan lagu dan tarian tradisional suku Sakai dalam pameran seni dan budaya di perayaan HUT Bhayangkara ke-74 di Polres Bengkalis, Riau, Jumat (25/6).
Penampilan mereka ini merupakan bentuk melestarikan adat dan budaya mesti tetap dijunjung tinggi. Mereka tampil atas undangan kepolisian dengan pakaian adat khas suku Sakai yang berbahan dasar dari kulit kayu.
Sontak saja, semua perhatian tertuju kepada pemuda Sakai ini. Bermodalkan baju kayu dan peralatan tradisional, para putra-putri asli Sakai dengan semangat menampilkan performa terbaiknya berupa tarian tradisional Lancak Kocik dan tarian Buok Timbo Tasik. Tarian ini merupakan persembahan khusus kepada polisi.
Sekjen Lembaga Adat Melayu Riau Kawasan Bathin Sakai 8 dan Bathin 5 Sakai, Frianto Saputra mengatakan, pihaknya berterima kasih atas undangan Polres Bengkalis untuk dapat tampil dan melestarikan budaya suku Sakai pada momen HUT Bhayangkara tersebut.
“Kami pengurus LAMR Kawasan Bathin 8 & 5 Sakai dan Lembaga Adat Sakai Riau, mengucapkan selamat HUT Bhayangkara ke 74 kepada Kepolisian RI. Dan terima kasih Pak Kapolres Bengkalis atas undangan dan keterlibatan Sakai dalam acara ini,” kata Frianto, kepada Riau Pos, Sabtu (27/6).
Dijelaskan Frianto, lagu dan tari lancak kocik yang dipersembahkan ini mengisahkan tentang ungkapan kesedihan orang Sakai pada zaman dahulu yang terpaksa meninggalkan kampung halamannya karena ingin merubah hidup agar lebih baik lagi.
“Lancak kocik berarti sampan atau perahu yang digunakan sebagai kendaraan, lagu Lancak Kocik artinya perahu kecil, lagu ini diciptakan leluhur Sakai pada saat membuat perahu kecil,” ungkapnya.
Sedangkan, lagu dan tari Buok Timbo Tasik mengisahkan tentang orang tua sakai zaman dahulu yang mengambil ikan ketika berjumpa dengan sungai yang bernama Tasik Tujuh.
Sungai ini terletak di Kampung Dusun, namun sekarang sekarang telah berganti nama menjadi Desa Bathin Batuah, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis.
Dalam penampilan budaya tradisional itu, para pemuda Sakai yang memakai busana tradisional berbahan kulit kayu, diantaranya baju, celana dan selendang dari kulit kayu (kayu to'ok), lalu Ago (keranjang) sebagai tempat ikan.(ksm)
Laporan PANJI SUHADA, Bengkalis