BENGKALIS (RIAUPOS.CO) - Tradisi malam 27 Ramadan (malam tujuh likur) di Kabupaten Bengkalis dan Pekanbaru tahun ini ditandai dengan pembukaan Festival Lampu Colok, Senin (17/4). Di Bengkalis dipusatkan di Desa Pangkalan Jambi, Kecamatan Bukit Batu. Sedangkan di Pekanbaru dipusatkan di Halaman Kantor Camat Kulim.
Festival ini untuk menjaga dan merawat budaya dan tradisi masyarakat Melayu Kabupaten Bengkalis dalam ajang festival warisan budaya tak benda. Acara dibuka Bupati Bengkalis Kasmarni ditandai dengan penyulutan api perdana lampu colok didampingi Anggota DPRD Provinsi Irwandi, Anggota DPRD Kabupaten Bengkalis Zuhandi, forkopimda, Plt Sekda Bengkalis Ersan Saputra, sejumlah kepala organisasi perangkat daerah dan camat se-Kabupaten Bengkalis.
Semarak lampu colok tampak mengundang antusias warga Kabupaten Bengkalis. Karena di sepanjang jalan dan gang di permukiman masyarakat dihiasi lampu colok yang cukup banyak. Masyarakat juga berbondong-bondong keluar rumah untuk menyaksikan ribuan lampu yang membentuk minatura bangunan masjid dan gerbang masuk ke permukiman masyarakat.
"Tahun ini sangat luar biasa dan seluruh masyarakat menyambut malam tujuh likur ini dengan menyalakan lampu colok yang cukup banyak," ucap Andi, salah seorang warga di Bengkalis.
Sedangkan Bupati Kasmarni menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya kepada semua pihak yang telah berkontribusi, berkomitmen untuk melestarikan kearifan lokal lampu colok. Menurutnya, semangat masyarakat dan pemuda untuk kembali mengangkat budaya lampu colok ini ke permukaan tentunya perlu diapresiasi dan didukung bersama.
"Menjadi tugas bersama seluruh elemen yang ada di daerah ini untuk terus melestarikan serta menghidupkan tradisi budaya lokal zaman berzaman ini. Sehingga kearifan lokal yang memiliki kekhasan dan keunikan ini dapat membuat warga Kabupaten Bengkalis yang saat ini berada di perantauan rindu untuk pulang berhari raya di kampung halaman serta dapat menarik kunjungan wisatawan," ujar Kasmarni.
Tak tanggung-tanggung, Kasmarni juga berharap semoga festival lampu colok ini akan menjadi kalender wisata religi baru di tingkat Provinsi Riau, bahkan di tingkat nasional. "Kami perlu dukungan dari semua pihak, khususnya generasi milenial Kabupaten Bengkalis," ujar Kasmarni.
Tak hanya di Bengkalis, kerlap-kerlip cahaya dari 3.000 lampu colok juga terlihat dari kejauhan di beberapa sudut Kota Pekanbaru. Salah satunya di Taman Kantor Camat Kulim, Kota Pekanbaru. Festival lampu colok berlangsung meriah pada Senin (17/4) malam.
Sekitar pukul 21.30 WIB, Penjabat (Pj) Wali Kota Pekanbaru Muflihun SSTP MAP tiba di pintu masuk Kantor Camat Kulim. Masyarakat turut melihat penyalaan lampu colok ribuan botol yang dirangkai membentuk kubah masjid tersebut.
Muflihun menceritakan sejarah lampu colok yang merupakan budaya Melayu di Pekanbaru. "Lampu colok merupakan budaya di Pekanbaru. Sejarah kenapa ada lampu colok, dulunya belum ada lampu. Untuk ke masjid warga Pekanbaru pakai lampu colok di bulan Ramadan," ungkap Muflihun.
Dia berharap Festival Lampu Colok dapat dibudayakan hingga sampai di anak cucu mendatang. "Budaya lampu colok harus kita lestarikan dan budayakan, baik di musala, masjid, dan tempat-tempat lainnya. Sehingga anak cucu mengetahuinya," tuturnya.(ksm/ilo)