Percepat Pengesahan Perpres Pengelolaan Pulau Terluar

Bengkalis | Senin, 16 Januari 2023 - 10:28 WIB

Percepat Pengesahan Perpres Pengelolaan Pulau Terluar
Kejadian lahan gambut amblas kurang lebih 100 Ha di bagian utara pantai Pulau Bengkalis yang berhadapan dengan Selat Malaka Desember 2022 lalu.  (ABU KASIM/RIAUPOS.CO)

BENGKALIS (RIAUPOS.CO) - Semakin parahnya tanah longsor dan abrasi pantai sebelah utara Pulau Bengkalis, yang  berhadapan  dengan Selat Malaka yang berbatasan dengan Negara Malaysia, membuat masyarakat resah.

Ketua Dewan Pengurus Cabang Sedulur Jokowi Kabuapaten Bengkalis Solihin bersama Aliansi Masyarakat Peduli Penyelamatan Pulau Terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia ( AMP3T-NKRI) yang dipimpin Muhammad Kusmayadi berupaya menyamakan persepsi masyarakat di pulau Bengkalis dan pulau Rupat.


''Kami  mendorong pemerintah  pusat   segera  mengesahkan  Perpres tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar Indonesia,'' ujarnya, Ahad (15/1).

Karena menurutnya,  dari 111 pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan  dengan negara lain seluruh Indonesia, sesuai yang  tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor: 6 Tahun 2017 tentang Pulau-Pulau Kecil Terluar, Pulau Bengkalis masuk pada urutan ke 102 dan Pulau Rupat urutan ke 101.

Menurutnya, alasan    mendorong  secepatnya disahkan Perpres tersebut  cukup beralasan. Yakni kondisi tanah amblas dan abrasi pantai yang  menggerus tebing pantai  Bengkalis sebelah utara, diperkirakan mencapai ribuan hektare atau kurang lebih telah menggerus  daratan  ke arah laut wilayah kedaulatan  Indonesia  dengan  Malaysia, yaitu sepanjang pantai pulau Bengkalis bagian utara kurang lebih 2 Km x 60 Km.

''Diperkira telah membuat Zona Ekonomi Eksklusip  ( ZEE) kita makin mundur atau membuat wilayah kedaulatan NKRI makin mengecil,'' ujarnya.

Berdasarkan diskusi ilmiah  universitas di Riau beberapa waktu lalu bersama Guru Besar Univesity Yamaguchi Jepang (Profesor Kochi Yamamoto), memperkirakan dengan laju abrasi hingga 40 meter per tahun mengakibatkan Pulau Bengkalis akan tenggelam.

''Faktanya, apa yang disampaikan  Prof Koachi Yamamoto tersebut sejak tahun 2019 sampai saat ini tahun 2023, proses kehancuran Pulau Bengkalis sedang berlangsung,'' ujarnya.(ksm)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook