BENGKALIS (RIAUPOS.CO) -- Ratusam hektare (ha) tanaman padi dari program penanaman padi dalam satu tahun dua kali atau IP200 di Pulau Bengkalis gagal panen. Bahkan lahan ratusan hektare yang ditanami padi di luar musim taman sejak Mei-Agustus 2022 lalu tidak menghasilkan beras.
Riaupos.co yang melakukan pemantauan terhadap program padi IP200 sejak Juni 2022 lalu, mulai dari penyemaian bibit oleh petani sudah mulai dikeluhkan. Karena petani menilai tingkat kegagagalnya sangat tinggi.
Ternyata benar prediksi patani tersebut. Pada saat musim tanam yang dimulai awal Juni 2022 seperti di lahan persawahan Desa Bantan Air, dan di lahan persawahan Desa Mentayan serta Selatbaru Kecamatan Bantan, yang lebih awal menanam yakni awal April 2022 lalu juga mengalami kegagalan panen.
"Kami sejak awal menerima program padi IP200 ini ragu, karena penanamanya di luar jadwal musim tanam tahunan. Ternyata benar, semuanya gagal panen, karena diserang hama," ujar Wadi, salah seorang petani padi di Desa Bantan Sari, yang lahan padinya berada di Desa Bantan Air.
Pada waktu itu di bulan Juni, Riaupos.co melihatnya menyemai benih padi yang sudah siap tanam dan akan dipindahkan ke lahan sawah yang sudah di siapkan. Ia mengaku sempat ragu untuk melanjutkan penanaman, namun karena sudah terlanjur menerima bantuan bibit, pupuk dolomik dan pupuk organik, akhirnya tetap dilakukan.
"Ya, tetap saya tanam. Karena ini sudah diberi bantuan bibit. Hanya saya penanamnya sudah berdekatan dengan musim tanaman tahunan," ujar Wadi.
Ia mengaku, saat padi mulai di panen ternyata sudah rusak semuanya, karena diserang hama. Seperti burung, tikus dan belalang.
"Kami petani mengharapkan program IP200 ini ditinjau ulang, lebih baik petani dibantu pupuk, karema ini yang sangat kami butuhkan," ujarnya.
Lain lagi dengan petani di Desa Mentayan. Maryon, salah seorang petani yang waktu itu ditemui saat melakukan penanaman padi IP200 mengatakan, padi yang petani tanam mengalami gagal panen, karena isi padinya kosong alias gabuk.
"Gagal panen. Belum lagi hamanya kami tidak bisa mengendalikan, hanya sedikitlah yang bisa menjadi beras. Kami mengharapkan ini ditunjau lagi dan harus benar-benar matang perencanaanya. Lebih baik kami dibantu pupuk dari pada disuruh menanam IP200," ujarnya.
Terhadap persoalan itu Ketua Gapoktan Bina Tani Desa Bantan Air, Muslih juga mengatakan, di desanya mendapatkan bantuan program IP200 untuk 70 haktere lahan sawah. Namun baru 40 hektare yang berhasil ditanam dan sisanya 30 hektare ditanam pada musim tanam tahunan.
"Yang 40 ha itu gagal panen dan tidak menghasilkan sama sekali. Bahkan padi yang ditanam hanya dijadikan pakan ternak oleh petani, karena padinya rusak diserang hama," ujar Muslih.
Ia mengaku, program IP200 memang tidak cocok diterapkan di desanya. Karena selama ini petani hanya mengharapkan sawah tadah hujan dan musim tanam besar atau tenunan saja.
Menurutnya, faktor kegagalan ini karena penanamannya tidak serentak dan juga banyaknya hama yang tidak bisa dikendalikan oleh petani. Hasilnya sama sekali tidak bisa dirasakan petani.
"Ya, kalaupun mau berhasil petani harus mengeluarkan dana ekstra, yakni untuk mengendalikan hama, seperti tikus, burung dan hama lainnya. Tentu ini sangat suli," ujarnya.
Sedangkan Ketua Gapoktan Bina Maju Desa Mentayan, Saelan yang dijumpai di rumahnya di Desa Mentayan mengatakan, para petani awalnya gembira dengan adanya program IP200. Karena bisa diterapkan di desanya
"Memang awal tahun 2022 kami sudah diajak rembuk oleh petugas pertanian dan penguluh. Dalam pembicaraan awal itu, bibit akan diserahkan diawal Februari, ternyata ditunggu-tunggu tidak kunjung ada dan petani sempat kecewa," ujarnya.
Pada awal April 2022 kata Saelan, bantuan bibit baru datang dan pada saat bulan puasa petani tetap menyemai benih untuk 20 ha lahan yang sudah dicanangkan.
Tapi kata Saelan, setelah padi ditanam petani mengalami kendala, yakni serangan hama yang tidak bisa dikendalian. Karena persoalan menanam di luar jadwal, sehingga sulit untuk berhasil.
"Ya, sekitar 60 persenlah dari luas lahan 20 ha yang berhasil panennya, sisanya gagal. Karena banyak yang kosong padinya," ujarnya.
Ia menyebutkan, bantuan yang diterima petani dari pemerintah berupa benih padi seberat 10 kg perorang, dolomit dan pupuk organik kotoran sapi.
"Kami dari Gapoktan merasa program ini kurang tepat dilaksanakan di Bengkalis, karena sistem tanam petani adalah tadah hujan. Yang kami perlukan saat ini adalah masalah pupuk, karema pada saat musim tanam padi tahunan pupuk sulit kami dapat," harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hotikultural dan Peternakan Kabupaten Bengkalis Tamizi yang dikonfirmasi terkiat persoalan program padi IP200 belum bisa mejelaskan.
"Maaf saya masih diluar kota," ucapnya melalui pesan singkat WA
Sedangkan Kabid Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan, Hotikultural dan Peternakan Kabupaten Bengkalis Rafiani yang dikonfirmasi malah menyebutkan, itu bukan progam dari instansinya.
Bahkan ia enggan menjelaskan terkait program padi IP200 di Pulau Bengkalis. Meski di lapangan, baik petugas penyuluh maupun yang lain berada di bawah kendali Dinas Pertanian Bengkalis.
:Maaf ya pak. Ini bukan program kabupaten, tapi provinsi. Nanti saja ya, saya lagi sibuk," ucapnya singkat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Riau Syahfalefi melalui Kabid Pangan Wisnu Handana mengatakan, terkait kondisi gagal panen tersebut, pihaknya belum mendapatkan laporan resmi dari pemerintah setempat. Namun demikian, pihaknya akan menurunkan tim ke lapangan untuk mengecek langsung jika sudah mendapatkan laporan.
"Kami belum dapat laporan resmi, nanti akan diturunkan tim untuk mengecek jika sudah ada laporan resmi," singkatnya sambil mengatakan jika ia masih mengikuti rapat.
Laooran: Abu Kasim (Bengkalis)
Editor: Rinaldi