BENGKALIS (RIAUPOS.CO) -- Desa Sepahat, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis mendadak heboh, Kamis (4/6). Ini karena adanya seorang warga diserang harimau sumatera. Musibah itu menimpa Sopian (50), petani karet warga RT 02/RW 01, Dusun Murni, Desa Sepahat.
Sopian yang setiap hari menakik getah mengalami luka robek di bagian paha hingga kaki. Bahkan, celana yang dikenakannya juga sobek oleh cakaran hewan dengan nama latin panther tigris sumatrae tersebut.
Menurut warga sekitar, keberadaan harimau ini sudah terpantau sejak sepekan lalu. Jejak kaki harimau ditemukan di beberapa lokasi perkebunan karet masyarakat. Kepala Desa Sepahat Muhammad Azlan menceritakan kronologis peristiwa yang dialami warganya tersebut. Dikatakan Azlan, korban menakik getah di kebun miliknya setiap hari. Pagi kemarin, sekitar pukul 07.00 WIB, Sopian sudah berada di kebunnya.
Di saat baru memulai menyadap karet, sekitar jarak dua meter tiba-tiba harimau tepat di belakangnya. Sopian terkejut. Ia pun beranjak dari situ. Harimau itu menatapnya dengan garang. Korban perlahan mundur sambil membalas tatapan mata harimau. Dia berupaya menggapai sebatang ranting kayu sambil melangkah mundur, tapi harimau itu maju mendekatinya. Khawatir diserang, korban berusaha lari. Kondisi itu membuat harimau mengejar, sehingga korban berusaha memanjat pohon karet.
Ranting yang ada di tangan korban, sambung Azlan, menjadi senjata untuk mengusir harimau tersebut. Upaya Sopian bukan membuat harimau kecut, justru sebaliknya menjadi beringas. Di saat Sopian memanjat pohon, harimau itu pun ikut memanjat pohon dan menggapai kaki korban.
"Korban teriak minta tolong, sambil mengarahkan ranting kayu. Bak kata orang tua-tua dulu, ranting kayu itu bisa menjadi penghalau binatang buas. Tapi upaya korban justru membuat harimau beringas, meloncat, dan menerkam kaki korban. Sehingga kaki korban robek akibat cakarannya," katanya.
Ketika harimau mencakar bagian kaki korban, sambung Alzan, upaya perlawanan sempat dilakukan dan beberapa kali mengayunkan ranting kayu, yang ada di tangannya ke arah harimau. Sehingga mengenai bagian mata harimau. Mendapat cakaran itu, korban berteriak. Sehingga teriakan tersebut membuat harimau mundur dan meninggalkannya dengan kondisi terluka. Teriakan Sopian terdengar oleh masyarakat sekitar yang melintas. Sehingga, warga di sana berusaha memberikan pertolongan.
"Korban sudah bersimbah darah dengan luka cakaran di bagian kaki dan paha. Saat itu juga, korban dilarikan warga dengan gerobak ke Puskesmas Tenggayun. Harimau mundur saat korban menyebut kalimat Allah," ujarnya.
Azlan juga mengatakan, atas peristiwa yang dialami warganya, dirinya yang mendapat informasi dari warga langsung ke Puskesmas Tenggayun, guna melihat kondisi korban.
"Saya bersama Kapolsek dan Danramil langsung melihat kondisi korban. Saya juga saat ini bersama warga Desa Sepakat melakukan penggalangan dana untuk membantu korban," katanya.
Sementara itu salah seorang saksi (warga sekitar) Safini mengungkapkan, dia mendengar suara korban berteriak minta tolong selama lima menit.
"Tolong, tolong, la ilaha illallah," kata Safini mencontohkan suara korban.
Mendengar teriakan itu, Safini langsung mendatangi dan melihat korban sudah tersandar di batang karet dengan kaki yang bercucuran darah. Tidak lama kemudian, Safini menghubungi warga lainnya untuk membantu korban.
"Menurut keterangan korban, ia sempat menghindar dari terkaman harimau dengan memanjat pohon karet, tetapi sayang, kaki beliau berhasil dicakar dan digapai harimau, sehingga menyebabkan luka parah," terangnya
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mendapat laporan serangan harimau terhadap Sopian sekitar pukul, 08.00-09.00 WIB. Kepala BBKSDA Riau Suharyono pun langsung memerintahkan timnya segera menuju ke lokasi kejadian. Setelah berada di TKP, tim langsung mencari informasi terkait konflik satwa dengan warga tersebut.
"Memang pada saat itu kami belum bisa memastikan apakah binatang buas itu harimau atau beruang. Tetapi setelah mendengar informasi dari warga dan kepala Desa Sepahat memang benar Sofian diserang seekor harimau," ujar Suharyono, Kamis (4/6).
Atas kejadian tersebut, ujar Suharyono, pihaknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk sementara mengurangi aktivitas di lokasi terjadinya konflik. Tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan satwa, serta tidak melakukan tindakan anarkis terhadap satwa tersebut.
"Selain melakukan sosialisasi, kami juga tengah memasang camera trap untuk memantau keberadaan harimau sumatera tersebut. Benar atau tidaknya soal keberadaan harimau hingga sampai ke kebun karet tersebut," terangnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, sebagai informasi disampaikan Suharyono jarak TKP Desa Sepahat dengan kawasan Suaka Margasatwa Bukit Batu berjarak sekitar 14 km. Artinya masih dalam rentang jangkauan kemampuan jelajah harimau.
"Memang dari pemantauan di wilayah Bukit Batu itu ada harimau di sana. Karena di sana merupakan Kawasan Suaka Margasatwa tempat habitat harimau," jelasnya.
Ia menambahkan, sepanjang 2020 ini sudah 3-4 kali bahkan lebih terjadi konflik (pertemuan) harimau sumatera dengan manusia di wilayah Riau. Namun telah berhasil kami atasi, dan sekarang muncul lagi konflik harimau sumatera dengan manusia di Desa Sepahat.
"Ini merupakan kejadian baru pertama kali terjadi di Bukit Batu. Adanya konflik, perjumpaan dan korban di daerah Bukit Batu ini adalah baru yang pertama kali terjadi. Kami juga selalu melakukan operasi dan sosialisasi agar jangan memasang jerat. Untuk penegakan hukum itu berada pada aparat penegak hukum, kami sifatnya akan menginformasikan terhadap kejadian itu. Untuk penegakan hukumnya ada pada aparat penegak hukumnya," jelasnya.(esi/dof)