PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - In, warga Indragiri Hilir (Inhil) memutuskan untuk pulang ke kampung halaman neneknya di sebuah desa terpencil, masih wilayah Inhil. Ia akan mengunjungi pamannya di sana.
Ketika dia sampai di pelabuhan setelah menumpang speedboat, dia terkejut. Kondisi desa neneknya sangat jauh berbeda. Jalan-jalan sudah banyak yang dibangun baru.
Pria ini sudah lama tak pulang kampung. Kini kampung itu sudah berkembang pesat. Sampai-sampai In pun lupa lokasi persis rumah pamannya. Ia hanya ingat nama daerahnya saja.
”Mau ke mana?” tanya seseorang pria kepada In yang terlihat kebingungan.
In pun menjawab mau ke rumah pamannya yang bernama Iwan. Tak lupa In menyebutkan nama daerahnya.
Pria itu pun menunjukkan arah ke In. ”Kamu harus lewat di darat. Karena jalan lama sudah longsor. Sehingga tidak bisa dilewati lagi,” katanya.
In pun mengikuti arahan pria tersebut. Sekitar 10 menit berjalan, dia kembali menanyakan rumah pamannya kepada sesorang laki-laki paruh baya di perempatan simpang yang tidak jauh dari rumah pamannya.
”Pak, numpang bertanya. Rumah Pak Iwan di mana?” tanya In.
Bukannya menjawab pertanyaan, orang itu malah kembali bertanya.
”Kamu siapa dan anak siapa?”.
Dengan jujur In, mengatakan siapa dirinya kepada orang itu. Orang itu pun langsung menunjukkan rumah yang ditanyakan In. Kebetulan rumah pamannya itu sudah sangat dekat.
”Kamu tahu siapa?” tanya orang itu lagi sambil menunjuk dirinya.
In tentu saja tidak mengenalinya. Karena sudah cukup lama ia tidak pulang ke kampung.
Sambil malu-malu In, menjawab tidak kenal.
”Maaf, Pak. Saya tidak kenal,” jawabnya.
”Aku Paman Sanur, sepupu ayahmu,” katanya pria itu lagi.
In pun tak bisa menutupi rasa malunya. Bukan hanya lupa seluk-beluk kampung neneknya, ia pun lupa wajah saudara-saudara di kampung.
”Alamaak....! Maaf, Paman,” ucap In sambil mencium tangan pamannya itu.(ind)
