Perkenalan Andri dengan calon istrinya, Rani tergolong singkat. Hanya dalam satu bulan, semua pihak merestui hubungan sejoli ini. Hingga keduanya memutuskan untuk bertunangan.
Jadwal tunangan disepakati. Acaranya akan diadakan di rumah Rani di Rengat.
Andri pun diwanti-wanti untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Terutama cincin tunangan.
Andri bersama keluarganya yang tinggal di Pekanbaru langsung menyiapkannya. Sebab, jadwal tunangan tinggal dua hari lagi.
Sebelum berangkat ke Rengat, paman Andri kembali mengingatkan Andri untuk jangan lupa membawa cincin tunangan.
”Cincin tunangan sudah saya beli, Om,” ujar Andri ketika ditanya keluarganya.
Akhirnya, keluarga Andri tiba di Rengat. Acara tunangan pun dimulai malam itu. Andri yang belum terlalu akrab dengan keluarga Rani merasa grogi hingga malu-malu.
Juru bicara masing-masing keluarga pun sudah saling berjawab kata-kata. Hingga akhirnya, sepakat dilakukan pertunangan antara Andri dan Rani. Pada malam itu juga disepakati hari H pelaksanaan pesta pernikahan.
Puncak acara adalah pemasangan cincin tunangan. Ketika juru bicara keluarga laki-laki meminta cincin tunangan, Andri mulai bingung. Ia lupa siapa yang memegang cincin tunangan tersebut.
Kedua keluarga pun saling bertatapan. Cincin tunangan tidak kunjung ada. Hingga akhirnya, juru bicara menyampaikan bahwa cincin tunangan akan menyusul akibat lupa dibawa.
Ketika juru bicara mau menutup acara dengan salam, tiba-tiba Andri langsung bicara, ”Alamak....!!! Ternyata cincin tunangannya ada dalam saku celana saya.
Sambil malu-malu, Andri mengeluarkan cincin tunangan itu dari saku celananya.
Melihat itu, semua yang hadir pun tertawa dan bernafas lega karena acara tunangan bisa sukses diselenggarakan.(kas)