PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Rio tiba-tiba menghubungi Handri, menanyakan apakah ada membawa kunci motornya. Sebab sekitar 30 menit sebelumnya, keduanya minum kopi bersama di warung langganan.
Meski sudah dikatakan tidak ada membawa kunci motornya, Rio sempat dua kali menelepon Handri, meminta dipastikan betul, kunci motornya ada terbawa atau tidak.
Handri dengan santai mengatakan, ”Tidak ada aku bawa kunci motormu”.
Bahkan sambil bergurau, Handri menambahkan, ”Untuk apa kunci motormu aku bawa? Ada kunci brankasnya, ya?”.
Sedikit pun Handri tak pernah berniat untuk mengelabui Rio atau sengaja menyimpan kunci motornya.
Setelah Rio bertanya berulang-ulang tersebut, Handri kembali seperti biasa, langsung beraktivitas seperti biasa.
Petang harinya, ketika Handri sudah sampai di rumah sepulang bekerja, Handri berencana mandi. Bukan main kagetnya Handri, ternyata kunci motor Rio ada di saku celananya.
Saat itu juga Handri menghubungi Rio, menanyakan bagaimana motornya. Rio mengatakan sudah aman, dia sudah memanggil ahli kunci, membuat duplikat agar motornya bisa jalan.
Mendengar itu, Handri urung memberitahukan bahwa kunci motor Rio terbawa olehnya saat minum kopi bersama.
Keesokan harinya, saat minum kopi bersama lagi, barulah Handri menceritakan bahwa kunci motor Rio terbawa olehnya, dan dia siap mengganti semua kerugian yang diderita Rio.
Mendengar itu, Rio bukan marah, malah sebaliknya Rio tersenyum. Hal itu tentu saja membuat Handri heran.
”Aku lihat kau semalam pegang kunci motorku, makanya aku hubungi sampai dua kali. Karena kau bilang tidak ada, ya aku mengambil inisiatif menghubungi ahli kunci,” terang Rio.
Mendengar jawaban Rio, Handri menjadi malu, dan berinisiatif mengganti semua biaya kerugian yang dialami Rio. Tapi Rio menolaknya.
”Lain kali apa salahnya periksa dulu sakumu, sebelum kau katakan tidak ada,” ujar Rio santai.
Handri pun memberikan alasan. Ia memang tidak memeriksa saku celananya karena saat Rio menelepon, dirinya sedang berada di atas kendaraan.(mng)