(RIAUPOS.CO) - PUNYA tetangga kaya tak selamanya menjamin kenyamanan. Nasib naas dialami Sukis (39), warga Jalan Utama Kelurahan Air Dingin Kecamatan Bukit Raya. Itu semua gara-gara tetangganya yang ‘‘kaya raya’’.
Siang itu, Sabtu (14/7), Sukis dan keluarga sedang menyambut kedatangan keluarga jauh yang datang dari kampung halaman. Di tengah canda tawa dan senda gurau siang itu, tiba-tiba ponsel Sukis berbunyi. Ada panggilang dari nomor yang tidak dikenal.
Suami Sukis yang berada dekat dengan ponsel Sukis sigap mengangkat telepon.
‘’Halo,’’ ujar suami Sukis.
Ternyata yang menelepon adalah seorang tukang kredit perabotan rumah tangga. Ia menagih utang jutaan rupiah kepada Sukis.
Sang suami terkejut. Dengan nada tinggi ia langsung memanggil Sukis. Di hadapan keluarga yang datang dari kampung, Sukis dimarahi suaminya karena berani utang tanpa sepengetahuan dirinya.
Sukis merasa tidak ada berutang perabotan rumah tangga. Ia kaget dan tidak terima dituduh berutang. Ia pun mengambil ponsel dari suaminya. Ia berbicara dengan si tukang kredit. Pengeras suara di ponsel pun diaktifkannya agar pembicaraan itu ikut didengar sang suami.
‘’Halo, ini siapa?’’ tanya Sukis emosi.
Dari ponsel terdengar suara. “Ini Sukis, keluarganya Bunga kan? Dia kemarin ada ambil perabotan rumah tangga di toko kami. Tapi nomor Hp yang dikasihnya tidak aktif. Itu sebabnya kami menagih kepada nomor Hp yang dituliskannya sebagai penjamin semua utangnya. Jadi, ibu kapan mau bayar itu utang? Kalau ibu tidak mau bayar, saya akan tarik lagi semua barang yang ibu miliki,” ucap tukang kredit itu. Alamaaak!
Sukis dan sang suami kaget. Mereka kenal Bunga sebagai tetangga yang kaya raya. Tapi memang hidupnya super berlebihan.
Sukis pun menjawab si tukang kredit.
“Eh, Pak. Saya itu tidak pernah mengambil barang apa pun di toko Anda, ya. Jadi kalau dia yang berutang, ya tagihlah sama dia, bukan sama saya. Lagian saya tidak pernah mempersilakan tetangga saya untuk memberikan nomor Hp saya kepada siapapun tanpa sepengetahuan saya, apalagi sebagai penjamin utang-utang dia,” kata Sukis dengan nada tinggi dan langsung mematikan ponselnya.
Sukis masih kesal. Ia tak terima nomor ponselnya dipakai tetangganya Bunga untuk menjamin utang-utang itu. Sukit pun berniat mendatangi rumah Bunga. Namun, langkahnya dihentikan oleh sang suami yang tidak ingin membuat masalah yang akan memperumit keadaan. Jadinya, Sukis hanya bisa ngomel-ngomel di dalam rumah untuk melepaskan kekesalannya.(cr2)