(RIAUPOS.CO) - MIRNA baru keluar dari ruangan mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Lembaran-lembaran uang pecahan Rp50 ribu yang masih baru dan mulus membuat hatinya senang.
‘’Baru ditarik dari ATM. Kebetulan dapat uang yang baru,’’ kata Mirna gembira.
Cerita berlanjut saat Mirna berbelanja di salah satu warung yang tak jauh dari tempat ia tinggal di Jalan Karya. Dengan membawa uang Rp50 ribu baru, mahasiswi ini ingin belanja keperluan memasak untuk berbuka puasa.
Mirna selesai memilih bahan masakan. Ia pun membayar ke pemilik warung.
‘’Semuanya Rp35 ribu, Mbak,’’ kata si pemilik warung. Mirna pun mengeluarkan Rp50 ribu baru dan memberikannya ke pemilik warung.
Pemilik warung pun memberikan kembalian Rp15 ribu. Lima uang pecahan Rp2.000 dan satu lembar uang pecahan Rp5.000.
Mirna terdiam. Ia kaget mendapatkan uang kembalian tersebut.
‘’Lho, kok uangnya jelek banget. Lecek, kerimut, robek lagi,’’ kata Mirna dalam hati. Kesal. Alamaaak!
Mirna tak beranjak pergi. Pembeli lain yang ingin membayar mulai mengantre.
Di depan si pemilik warung, Mirna menyusun satu per satu uang kembalian yang ia terima. “Satunya sobek di tengah. Satunya lagi sompel tidak ada sambungan di angka nolnya,” ujar Mirna ke si pemilik warung.
‘’Saya minta ganti, Bu. Tadi saya kasih uang yang bagus. Saya mau uang kembalian juga yang bagus,’’ lanjut Mirna sambil menyerahkan uang tersebut ke pemilik warung.
“Jangan lebay. Uangnya kan masih utuh meski koyak tetap bisa digunakan kok. Saya juga terima uang itu dari yang belanja di sini,” jawab si pemilik warung sambil melayani pembeli yang ingin membayar.
Keributan pun terjadi. Si pemilik warung tidak ingin mengganti uang itu. Mirna yang tetap tidak mau mengambil uang dengan kondisi jelek. Ia masih berdiri di depan meja kasir.
Suasana makin panas. Pembeli lain mulai memperhatikan pertengkaran itu. Hingga akhirnya si pemilik warung mengalah. Ia mengganti uang kembalian itu dengan pecahan Rp10 ribu dan Rp5.000 yang lebih layak.(cr4)