JAGA LINGKUNGAN UNTUK PIJAKAN MASA DEPAN

Viscose Rayon Siap Go ke Pasar Global dan Domestik

Advertorial | Minggu, 27 Februari 2022 - 10:59 WIB

Viscose Rayon Siap Go ke Pasar Global dan Domestik
Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi didampingi Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution, Bupati Pelalawan Zukri Misran, dan RGE Managing Director Anderson Tanoto secara resmi melepas produk serat viscose rayon produksi PT Asia Pacific Rayon (APR) dan kertas PaperOneTM produksi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) ke pasar global dan domestik di Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Rabu (1/12/2021). (PT RAPP FOR RIAUPOS.CO)

KOMITMEN berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi semangat PT Asia Pacific Rayon (APR) untuk selalu memberikan yang terbaik bagi negeri. Tentunya tetap dengan konsep kelestarian lingkungan sebagai pijakan di  masa sekarang dan  akan datang.

Semangat mendapat apresiasi dari Pemerintah Pusat. Hal ini terlihat dari dukungan Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia, Muhammad Lutfi yang secara resmi melepas produk serat viscose rayon produksi APR ke pasar global dan domestik di Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Rabu (1/12) lalu.

Pengiriman ekspor produk serat viscose rayon ini ditandai dengan pelepasan sejumlah truk kontainer oleh Mendag didampingi Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution, Bupati Pelalawan Zukri Misran, RGE Managing Director Anderson Tanoto, COO APRIL Eduward Ginting, dan Direktur APR Basrie Kamba.

Adapun jumlah penjualan produk serat viscose rayon hingga akhir Oktober 2021 mencapai 111,01 kilo ton untuk pasar ekspor dan 77,51 kilo ton untuk pasar domestik. Selain itu, Mendag juga melepas ekspor kertas PaperOneTM, produksi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), yang telah dijual ke lebih dari 75 negara dengan total ekspor mencapai lebih dari 755.000 ton.

Lutfi mengapresiasi keberadaan APR yang diibaratkan sebagai permata dari Indonesia yang harus dijaga sehingga mampu menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan berkompetisi di masa depan tidak hanya menjadi pemain regional, akan tetapi juga menjadi pemain di pasar global.

 "Jadi selamat kepada APR yang tidak hanya menjual produksinya di dalam negeri tetapi juga mancanegara, inilah yang kita cita-citakan dan Kementerian Perdagangan akan menjaga situasi perdagangan yang baik untuk bisa menjadi penetrasi ke pasar dunia dan di dalam negeri kita juga harus menjaga kesinambungan produk Indonesia," ujar Mendag.

Sebagaimana diketahui, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan nilai ekspor pada 2021 mencapai US$232 miliar, sehingga nilai tersebut menjadi yang tertinggi dalam sejarah.

"Ekspor kita meningkat sangat tinggi di tahun 2021 tumbuh 41,9 persen dengan nilai US$232 miliar, tertinggi sepanjang sejarah," kata Presiden awal tahun 2022 ini.

Presiden menjelaskan peningkatan nilai ekspor tersebut, salah satunya didorong hilirisasi bahan-bahan mentah. Hilirisasi menjadi fokus pemerintah untuk bisa meningkatkan nilai tambah kepada negara. Penanaman modal asing pun mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen secara tahunan atau setara Rp454 triliun. Jokowi menilai kondisi ini meningkatkan kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia di tengah situasi pandemi.

Mendag juga mengungkapkan situasi perdagangan dunia yang sedang carut-marut dan kehilangan kepercayaan satu sama lain antar negara. Sejumlah negara Eropa juga telah mengeluarkan undang-undang bagi negara yang diperbolehkan mengekspor produk ke negara mereka harus mendapatkan uji tuntas bahwa produk tersebut berasal dari hutan yang berkelanjutan. "Untuk itu saya hadir di APR ini karena saya yakin Indonesia bisa dan bertanggung jawab bukan hanya kepada barang Indonesia akan tetapi juga kepada hutan yang menjadi pijakan hidup bangsa Indonesia di masa sekarang dan akan datang,"tambahnya.

APR menghasilkan produk bernilai tambah tinggi seperti serat viscose rayon atau Viscose Staple Fiber (VSF), serat buatan biodegradable dari serat kayu yang memiliki karakteristik mirip dengan kapas. VSF menjadi bahan baku untuk membuat benang, kemudian dijadikan pakaian, garmen dan perlengkapan rumah tangga.

Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengatakan pelepasan ekspor produk viscose-rayon merupakan tanda bangkitnya perekonomian Riau. Wagubri menjelaskan Provinsi Riau berhasil mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp39,543 triliun yang terdiri dari realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp17,763 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 1.491,8 dolar AS atau Rp21,780 triliun. Angka tersebut telah mencapai 81 persen dari target yang ditetapkan oleh Kementerian Investasi/BKPM RI kepada Provinsi Riau tahun 2021 yaitu Rp48, 6 triliun.

Pemerintah Provinsi Riau mendukung penuh yang dilakukan dunia usaha untuk meningkatkan investasi dan menggairahkan ekonomi daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelepasan ekspor ini menjadi momentum berkelanjutan dengan menghasilkan ekspor yang diharapkan terus meningkat

COO APRIL, Eduward Ginting mengatakan meskipun dunia saat ini sedang menghadapi banyak tekanan di situasi pandemi Covid-19, produksi dan pemasaran produk serat viscose rayon APR tetap menunjukkan kinerja positif. Hal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, terutama masyarakat, Pemerintah Kabupaten Pelalawan, Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Pusat salah satunya Kementerian Perdagangan RI.

 "Kegiatan pelepasan kontainer ekspor viscose rayon ke pasar global dan pasar domestik merupakan pencapaian baru APR dalam upaya memperkuat industri tekstil nasional sekaligus mengurangi ketergantungan impor bahan baku tekstil negara lain," kata Eduward.

Eduward menambahkan sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Februari 2020 lalu, APR yang baru berusia 3 tahun ini menjadi fasilitas manufaktur viscose rayon terintegrasi dengan dissolving pulp yang berasal dari 100 persen serat terbarukan hutan tanaman industri (HTI) Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL).  "APR juga sudah masuk ke pasar tekstil dunia dengan kriteria rayon viscose yang breathable, ringan, lembut dan 100 persen disertifikasi berbahan baku alami, viscose rayon unggul dari bahan baku tekstil lainnya karena dapat terurai secara alami dan kembali menjadi kompos di tanah. Inilah yang menjadikan kami optimis, Indonesia mampu menjadi pusat modest fashion dunia," ujarnya.

Produksi serat viscose rayon APR mencapai 300.000 ton per tahun dan telah diekspor ke 22 negara. Saat ini, APR juga tengah mempersiapkan pembangunan tahap dua dan menggandakan kapasitas produksinya menjadi 600.000 ton per tahun pada 2023 mendatang. APR merupakan perusahaan yang berkomitmen dalam mendukung visi pemerintah untuk mendorong produksi nasional yang berorientasi ekspor. Viscose rayon merupakan bahan baku tekstil diproduksi di dalam negeri dengan potensi pasar global yang semakin prospektif sejalan dengan meningkatnya tren sustainable fashion.

Mendag Pimpin Pelepasan Ekspor Rp35 Triliun
Selain itu Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi, kembali memimpin pelepasan ekspor senilai Rp35,03 triliun atau setara 2,44 miliar dolar AS. Pengiriman ekspor akhir tahun ini menandakan bukti perekonomian nasional mulai pulih. Lutfi menjelaskan kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2021 memperlihatkan kinerja yang positif. Sampai November 2021, total nilai ekspor telah menembus 209,16 miliar dolar AS dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah. Nilai ini juga melampaui rekor ekspor sepanjang 2011 yang kala itu mencapai 203 miliar dolar AS. 

"Kalau ini konsisten di bulan Desember, Indonesia akan bisa menembus angka 230 miliar dolar AS, saya yakin surplus kita mencapai 37 miliar dolar AS, ini merupakan suatu rekor dan menandakan adanya evolusi yang luar biasa dari Indonesia," ujar Mendag saat menyampaikan sambutan secara hybrid di Karawang, Jawa Barat, , Kamis (23/12/2021). 

Kegiatan "Pelepasan Ekspor ke Pasar Global akhir tahun 2021" diikuti 278 pelaku usaha, skala besar maupun kecil dan menengah (UKM) yang tersebar di 26 provinsi, 62 kabupaten/kota di Indonesia. Lutfi menceritakan, kisah sukses Indonesia berevolusi dari negara penjual barang mentah setengah jadi menjadi barang industri berteknologi tinggi dipicu oleh tiga hal yang dilakukan secara disiplin.

"Inilah ramuan acian surplus non migas kita menjadi sangat sehat, pertama adanya pasar yang potensial, komoditas tambang dan terjadinya peralihan, ini tonggak baru sejarah Indonesia menjadi negara industri yang bernilai tambah tinggi, maju, kuat dan dikagumi oleh mancanegara," ujarnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook