BOGOR (RIAUPOS.CO) - Peringatan hari hutan sedunia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar aksi menanam pohon dikawasan lahan seluas 1300 meter milik Balai Diklat KLHK, di Kecamatan Rumpin Bogor, Jawa Barat.
Aksi menanam pohon ini melibatkan hampir seribu orang mulai dari pejabat eselon 1 KLHK, Perhutani, kelompok tani, penggiat lingkungan dan masyarakat setempat. Setidaknya, 80 persen pohon yang ditanam yaitu tanaman buah-buahan seperti durian, duku dan nangka. Selebihnya tanaman kayu-kayuan atau industri seperti gaharu dan mahoni.
Menteri LHK, Siti Nurbaya diwakili Sekjend KLHK, Bambang Hendroyono dalam sambutannya mengatakan aksi menanam pohon dengan berbagai elemen masyarakat ini merupakan wujud nyata yang dilakukan oleh kementerian KLH untuk menjaga alam dan ekosistem keberlangsungan hidup. "Ini upaya nyata yang dilakukan KLHK secara terus menerus menjaga kelestarian alam dan kelangsungan hidup," kata Bambang dalam sambutannya, Sabtu (16/3).
Bambang menuturkan, menjaga kelestarian alam memang bukan perkara mudah. Namun hal ini bisa dilakukan jika manusianya berpikir dan sadar bahwa kelestarian alam dan lingkungan adalah warisan yang akan diturunkan ke anak cucu nanti dan menyangkut kelangsungan hidup manusia.
"Harus kita ingat bahwa urusan pelestarian alam bukanlah masalah kecil. Memang sebenarnya saat kita menanam pohon kita itu sedang menanam doa, menanam harapan, menanam kerja kita semuanya untuk keberlanjutan hidup generasi yang akan datang," ucapnya.
Lebih lanjut, kata Bambang akibat ketidakpedulian menjaga lingkungan apa lagi merusak ekosistem akan berdampak sangat fatal terhadap kelangsungan manusia sendiri seperti banjir bandang, tanah longsor, kekeringan dan lainnya. Jika ini terjadi, tentunya akan sangat merugikan orang banyak.
"Dan kita semua sudah melihat sendiri apa akibatnya bila kita tidak merawat alam. Main asal tebang pohon akhirnya bencana, seperti banjir yang datang dan akan menyusahkan kita, menyusahkan rakyat," ujarnya. Saat ini sekitar 1,9 miliar orang hidup di daerah yang terancam krisis air.
"Sebanyak 1,8 miliar orang mengonsumsi air yang tidak layak minum karena terkontaminasi polutan. Secara global, 80 persen air limbah dibuang ke alam tanpa melalui proses pengolahan. Jumlah orang yang berisiko terdampak bencana hidrometeorologis akan meningkat dari 1,2 miliar saat ini ke 1,6 miliar pada 2050," pungkasnya.(adv)