JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Fenomena Supermoon masih berlanjut. Setelah muncul pada 3 Juli lalu, Supermoon bakal menghiasi langit malam kembali pada 1 Agustus 2023. Supermoon ini disebut sebagai Super Sturgeon Moon.
Uniknya, fenomena supermoon memiki berbagai nama di setiap budaya dan masyarakat. Selain disebut sebagai Super Sturgeon Moon, juga dikenal dengan nama Lynx Moon, Grain Moon, Lightning Moon, dan Green Corn Moon.
Dikutip dari laman earth.com, asal-usul nama Sturgeon Moon berasal dari beberapa kelompok penduduk asli Amerika, terutama di wilayah Great Lakes Amerika Utara, yang menemukan bahwa bulan ini merupakan waktu di mana sturgeon paling banyak ditangkap.
Sturgeon merupakan jenis ikan yang memiliki penampilan mirip dengan makhluk prasejarah dan telah ada selama lebih dari 130 juta tahun. Banyak spesies ikan ini telah berkembang di seluruh dunia, beberapa di antaranya menemukan habitat di Great Lakes.
Istilah supermoon sendiri berasal dari astrologi bukan astronomi. Diciptakan oleh seorang astrolog Richard Nolle pada 1979. Istilah supermoon diciptakan untuk menggambarkan bulan purnama atau bulan baru yang terjadi ketika bulan berada dalam 90 persen jarak terdekatnya dengan Bumi.
Supermoon terjadi karena bulan berada di antara bumi dan matahari. Disebut sebagai supermoon, karena bulan mencapai perigee, yaitu titik terdekat bulan dengan bumi, jaraknya menjadi sekitar 363.300 km dengan menjadi bulan purnama.
Kejadian tersebut membuat bulan akan tampak sedikit lebih besar dan terang. Ukurannya akan tampak 14 persen lebih besar dan tampak 30 persen lebih cerah dari biasanya.
Dilansir dari The Pop Star, waktu terbaik untuk melihat supermoon ini, yaitu saat senja, segera setelah matahari terbenam. Namun, pastikan cuaca cerah dan tidak ada yang menghalangi pandangan ke langit.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman