JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Fenomena alam munculnya benda langit serupa meteor jatuh melintasi Pulau Jawa, pada Kamis (14/9) malam, membuat heboh dan viral di berbagai media sosial.
Banyak akun media sosial yang membagikan video rekaman fenomena alam yang diduga meteor jatuh tersebut, karena terlihat sebuh cahaya merah melintas dengan cepat. Penampakan yang didug lintasan meteor tersebut, terlihat di langit sebagian wilayah Bandung, Jogjakarta dan Jawa Tengah.
Rekaman tersebut salah satunya diagikan akun media sosial Instagram @beritakotabandung yang juga membagikan video tersebut. Fenomena alam benda langit atau meteor jatuh memang seringkali membuat masyarakat heboh.
Lantas apakah hujan meteor itu berbahaya berikut penjelasan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)? Melansir dari laman brin.go.id, meteor atau yang biasa disebut bintang jatuh, merupakan fenomena kenampakan dari lintasan antariksa melintas menuju atmosfer bumi.
Meteor disebabkan oleh orbit bumi yang beririsan dengan orbit benda antariksa lainnya seperti komet ataupun asteroid, pada saat bumi melewati orbit benda langit, maka akan menghasilkan batuan yang jatuh ke atmosfer bumi.
Menurut Peniliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin dalam kanal YouTube BRIN Indonesia. Meteor bisa terjadi terjadi sewaktu-waktu dengan durasi dan intensitas serta jumlah yang tidak teratur.
“Hujan meteor merupakan fenomena yang bisa diprediksi dengan jumlah yang selalu teratur dan terjadi di bulan tertentu,” jelas Andi Pangerang Hasanuddin dalam video di Kanaal YouTube BRIN Indonesia yang diunggah pada, (22/2)
Andi menjelaskan bahwa hujan meteor tidak memiliki dampak negatif bagi masyarakat dan tidak mengakibatkan lapisan ozon menipis. Hal tersebut, dikarenakan beberapa meteor akan habis terbakar oleh atmosfer bumi.
Sehingga masyarakat dapat melihat fenomena indah ini tanpa khawatir dan cemas, karena hujan meteor cenderung aman dan tidak berbahaya. Lebih lanjut, Andi menjelaskan meteor yang dianggap wajib diwaspadai yaitu, meteor yang memiliki ukuran lebih dari 140 meter dengan jarak perpotongan orbit minimal sekitar 5 juta kilometer.
“Hal ini perlu diwaspadai, karena melintas dekat bumi dengan jarak kurang dari batas roche atau batas ketika benda langit berinteraksi dengan gravitasi bumi,” jelasnya.
Benda langit tersebut dijelaskan Andi bisa hancur berkeping-keping dan membentuk cincin di bumi.
“Namun, jika jaraknya kurang dari batas roche, maka akan kemungkinan jatuh ke bumi,” jelasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman