JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Libur telah tiba, Natal dan Tahun Baru (Nataru) di depan mata. Anak sekolah dan para pekerja yang kebagian jatah cuti, banyak yang memutuskan untuk pergi berwisata atau mengunjungi sanak saudara di momen Nataru kali ini.
Seperti halnya mudik di momen Idulfitri, musim liburan Natal dan Tahun Baru ini juga kurang lebih sama, moda transportasi pribadi banyak dipilih sebagai teman perjalanan. Khususnya mobil pribadi, karena milik sendiri, jadi lebih leluasa digunakan wira-wiri untuk teman bepergian di musim liburan kali ini.
Senang boleh, pergi berlibur, siapa yang tidak senang. Namun demikian, harus juga meningkatkan kewaspadaan. Terlebih buat para pengendara mobil yang mengemudikan kendaraannya sendiri. Harus ekstra hati-hati.
Belakangan juga musim tak menentu, bisa panas terik, seketika berubah jadi hujan deras disertai angin kencang. Nah, buat yang mengemudikan mobilnya sendiri, Sony Susmana selaku Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) mengingatkan, dalam kondisi ini, harus waspada bahaya aquaplanning.
Aquaplaning sendiri merupakan kondisi di mana ban mobil kita tidak menyentuh permukaan jalan secara langsung. Mengapa? Hal ini karena pada kondisi hujan, jalan tertutup genangan air.
“Genangan air potensi bahaya karena ban kehilangan traksi dengan permukaan jalan. Saat itu dipastikan pengemudi kesulitan mengendalikan mobilnya,” jelas Sony kepada JawaPos.com.
Kendati aquaplaning berbahaya dan merupakan ancaman bagi para pengendara mobil di kala hujan, namun hal ini bisa diantisipasi. Inilah yang perlu lebih diperhatikan para pemudik Nataru yang sedang melakukan perjalanan dengan mobil pribadinya.
“Pengemudi harus tahu, perjalanan jauh atau long trip, biasanya antar-provinsi, cuaca bisa cepat berganti. Jalan semula kering, kemudian ketemu basah, cuaca berubah-ubah dan sebaliknya. Biasakan mengurangi kecepatan setiap berganti kondisi cuaca untuk beradaptasi,” lanjut Sony.
Sony melanjutkan, proses adaptasi ini tidak hanya berguna bagi tubuh, kita selaku pengemudi. Tapi juga ban kendaraan yang digunakan. Biasanya, kondisi cuaca yang cepat berubah juga akan berpengaruh pada suhu. Nah, suhu inilah yang juga punya peran penting dalam daya cengkeram ban terhadap permukaan.
“Aquaplaning pasti terjadi saat hujan dan alas basah. Hanya banyak dari pengemudi tidak sensitif sehingga baru bereaksi setelah selip atau melintir. Ini terlambat,” tegas Sony.
Sebelum menjumpai situasi tersebut, yang jelas-jelas mengancam nyawa dan membahayakan seisi mobil, pengemudi perlu menjaga ritme laju kendaraan mereka. Plus, jangan emosi.
“Jadi segera kurangi kecepatan kurang lebih 20 km dari kondisi kering. Jaga emosi, jangan agresif,” jelasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman